Tugu Utama Kota Bagansiapiapi |
Selat Malaka perairan yang sangat
strategis dalam ekonomi karena letak geografisnya yang menjadi jalur pelayaran antar
negara, di sekitarnya terdapat kota yang besar dan kekayaan Sumber
Daya Alam yang terkadung didaerah tersebut seperti Barang tambang dan sumberdaya hayati perairan seperti Ikan. Keadaan ini yang melatar belakangi Kota Bagansiapiapi yang
berada dipesisir perairan tersebut berkembang pesat dan menjadi salah satu
bandar pesisir yang cukup ramai sebagai pusat perdagangan dan pelayaran utamanya di zaman dulu.
Bagansiapiapi terletak di muara
sungai Rokhan merupan Ibukota Kabupaten Rokhan Hilir yang dimekarkan tahun 1999
yang sebelumnya termasuk Kabupaten Bengkalis.
Sekarang telah berkembang menjadi sebuah
Kota yang cukup maju dengan berbagai sara inprastruktur yang tersaji dengan
megah seperti Kantor Bupati, Jembatan Pandamaran, Mesjid Raya, Museum Perikanan, Perbelanjaan di Jalan
Perdagangan dan lain-lain dengan berbagai aktipitas perekonomian sebagai
penopang perekonomian daerah. Namun siapa
sangka Bagansiapiapi sejak dulu hanyalah kota pemukiman nelayan kecil ini telah merebut hati para pedagang dan pelaut untuk memusatkan kegiatannya disini, sehingga daerah berawa ini menjadi pusat penghasil dan pemasaran hasil laut dan Pusat Galangan Kapal yang besar di Nusantara.
Keberadaan Kota Bagansiapiapi berawal
dari ketibaan sekelompok Perantau China Fu-Jian yang bertolak dari Sonklak
Thailand dengan menggunakan tiga perahu tongkang, dalam perjalanan dua perahu tersebut
tersapu badai sehingga yang dapat mencapai daratan hanya satu dengan 18 awak
kapal di pimpin Ang Mie Kue, ketika akan mendarat mereka melihat Cahaya terang
dari sekumpulan Kunang-kunang (Si api api) sehingga disebut Bagansiapiapi pada
tahun 1826 sedang kata Bagan bermakna “ Tempat ”. Daerah yang terdiri dari hutan berawa ini
semakin tahun semakin ramai dihuni para touke-touke untuk mendirikan usaha niaganya, banyak disinggahi para pelintas Selat Malaka dan pedagang
yang membawa berbagai produk Nusantara untuk dilanjutkan ke Semenanjung, Indochina,
hindia bahkaan sampai ke Eropah begitu juga sebaliknya.
Perkembangan beberapa kota besar di
sekitar Selat Malaka dan pertumbuhan penduduk Bagansiapiapi yang menjadi nelayan
dan banyaknya Nelayan dari kota di sekitarnya yang memasarkan hasilnya ke daerah tersebut dengan
bermunculnya pedagang-pedagang besar kaum China yang mampu mengekspor produk perikanan keluar membuat bandar ini berkembang dengan sangat
pesat, khususnya dalam perkembangan pemasaran hasil perikanannya berupa
Ikan Kering, Ikan Asin, Udang, Terasi dan Kerang hingga tahun 1980an
Bagansiapiapi merupakan daerah penghasil Ikan terbesar di Indonesia dan pada
Tahun 1928 merupakan penghasil Ikan nomor 2 terbesar di Dunia setelah Kota
Bergen di Norwegia.
Perkembangan Bagansiapiapi menjadi
kota Perniagaan perikanan berawal ketika pemerintah Belanda tahun 1900 membangun
Dermaga yang besar untuk menandingi dermaga kota yang ada disekitarnya guna
mendukung para touke-touke dalam pemasaran hasil mereka keluar dan sebagai
pusat perdagangan. Pada tahun 1934,
Bagansiapiapi sudah memiliki fasilitas pengolahan air minum, pembangkit tenaga
listrik dan unit pemadam kebakaran sehingga bagi kota sekitarnya Bagansiapiapi disebut juga sebagai Ville Lumiere atau Kota
Cahaya.
Dimasa kejayaan Kota Bagansiapiapi
daerah ini dapat menghasilkan Ikan hingga 150.000 ton pertahun, seiring waktu lambat laun
kemampuan produksi semakin menurun seiring dengan penurunan jumlah masyarakat
Nelayan hingga sekarang, awalnya penurunan ini karena kota pelabuhan yang
terletak dimuara sungai Rokhan mengalami pendangkalan oleh sedimen air sungai
sehingga menyulitkan kapal untuk bersandar dan pertumbuhan
kota disekitarnya yang makin pesat
terutama dalam pengusahaan produk Ikan sehingga semakin berkurangnya hasil perikanan
yang dipasarkan dari daerah ini. Tahun
2003 data Dinas Kelautan Perikanan
menunjukkan Produktipitas Perikanan tangkap 70.000 ton pertahun dan
tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 32.989 ton,
Hingga ke Masa Kemerdekaan
Indonesia, Bagansiapiapi merupakan pusat Galangan kapal yang cukup besar, sehingga disebut pusat galangan kapal
tradisional terbesar di Nusantara yang
mampu memproduksi Kapal dengan kapasitas hingga 300 ton yang banyak dipesan
pelaut Jawa, Maluku, Nusatenggara bahkan India dan Srilangka, setelah itu
pertumbuhan industri perkapalan didaerah lain semakin pesat dan sulitnya mendapatkan bahan
kayu membuat galangan kapal tak berkembang pesat.
by BakriSupian
Kantor Bupati Rokhan Hilir di Bagansiapiapi |
Hidup tidak seperti air didalam
bejana,
Hidup penuh dinamika pergolakan bagai air
Lautan yang bergelora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar