Kesan pertama saat berada di halaman depan
museum La Galigo di Jalan Ujung Pandang Makassar, akan terbaca hurup berwarna orange bertuliskan Fort Rotterdam, patung Sultan Hasanuddin berkuda dan dinding benteng yang tersusun dari batu gunung segi empat (20
x 40 Cm) rapi dengan ketinggian sekitar 5
meter serta sedikit gelap karna jamur yang menempel. Disamping anjungan barat museum tersebut
terdapat pintu masuk sekaligus merupakan satu-satunya pintu keluar masuk yang
ada dilingkaran susunan batu tersebut dan diatasnya tertulis Fort Rotterdam,
ketika memasuki pintu sebelah kiri terdapat lokat, pos jaga dan ruang dengan
buku tamu.
Dari pintu
masuk terlihat di dalam beberapa bangunan gedung beton dengan dinding tebal 80 Cm berlantai dua dinding warna krem dan atap genteng
merah (tahun 1980 an beratap sirap= saya masih mahasiswa di kota ini) berbentuk segi tiga lazimnya bangunan bergaya eropa karena semua masih peninggalan Belanda kala
menguasai lokasi ini, di sebelah kanan 2 unit bangunan yang menempel di tembok dan 1
diatas sudut anjungan, Sebelah Selatan menempel ditembok satu unit bangunan
sangat panjang 80 meter bertuliskan “
Museum La Galigo “, di depan di dinding Sebelah timur terdapat 3 unit bangunan
untuk Perpustakaan dan Arsip dan 1 unit di anjungan sudut, di utara dinding
terdapat 2 unit bangunan yang juga berpungsi sebagai museum dan dibagian tengah terdapat semacam bangunan
theater dan taman museum yang cukup luas.
Menaiki anjungan
depan sebelah barat dekat pintu
masuk yang lebih besar dari empat anjungan lainnya yang ada di setiap sudut tembok yang
berbentuk segi empat melalui tangga dari batu,
dari anjungan ini cukup bagus buat berfose karena dapat mengkaper area Benteng dengan lebih leluasa.
Bagian atas tembok dari benteng ini
dapat dikitari secara keseluruhan yang
berbentuk segi empat dengan ukuran panjang setiap sisi sekitar 150 meter, terdiri dari dua bagian
yaitu
pagar dengan ketebalan mencapai
1,5 meter dan pada jarak tertentu
terdapat lekukan tempat
serdadu dulu menjaga benteng atau menembak
dan bagian tempat berjalan selebar 80 Cm yang
tersusun dari batu bersegi empat, dibeberapa tempat terlihat batu tersebut
telah mengalami perbaikan baik jalan maupun dinding sehingga digantikan dengan
batu buatan dari semen.
Setelah
berjelan melewati beberapa sisi tembok kita akan sampai anjungan Timur Selatan yang berbentuk taman agak luas,
dari sini kita dapat memperhatikan beberapa bangunan yang berdiri disekitar
tembok benteng dan dari taman kita dapat menuruni tangga terowongan kecil setinggi orang dewasa
174 Cm, menuju ke arah utama area dan ketika melewati terowongan tersebut kita akan dapat melihat jendela berjeruji
besi karena ruangan tersebut dizaman
belanda berfungsi sebagai ruang tahanan
dan disebelahnya ada gudang amunisi.
Sejarah berdirinya bangunan Museum La Galigo ini berawal ketika tahun 1545 Raja Gowa ke – 9 bernama “ I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna “ membangun benteng yang terbuat tsbt dari tanah liat, dilanjutkan oleh Raja Gowa
ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini digantikan dengan batu padas yang diambil dari
daerah Maros. Benteng ini dijaman kerajaan gowa dipungsikan sebagai
pusat pemerintahan, pusat perekonomian
dengan mengatur pelayaran di perairan makassar, tempat penyimpanan hasil
perdagangan seperti cengkeh, pala, kopra dan hasil bumi lainnya dan tempat ini menjadi benteng yang strategis bagi kerajaan gowa dari
gangguan keamanan dan serangan
Belanda yang datang dari laut.
Benteng
Ujung Pandang dikuasai Belanda setelah memenangi pertempuran melawan Kerajaan
Gowa –Tello dengan ditandatanganinya perjanjian
“ Bungayya “ pada tahun 1667, salah satu isi perjanjian tersebut Kerajaan Gowa menyerahkan benteng tersebut
kepada Pihak Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini
dibawah pimpinan Cornelis Speelman, nama benteng ini menjadi Benteng Fort
Rotterdam yang merupakan daerah
kelahirannya, benteng ini oleh Cornelis Speelman dipungsikan sebagai pusat kekuasaannya, pusat pertahanannya dan
sebagai pusat penampungan rempah-rempah
dari Indonesia bagian timur. Sebagian
besar bangunan yang ada di dalam benteng tersebut dibangun oleh Belanda sebagai
tempat Pemerintahan, Barak militer, Perawatan kesehatan, Gudang barang, tempat tahanan (sel tahanan) dan kediaman
perwira Belanda.
Keberadaan
Musium La Galigo di benteng ini berawal tahun 1938 dengan berdirinya “ Celebes Museum “ oleh pemerintah
Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda) yang menempati Gedung D bekas tempat kediaman Gubernur Belanda Admiral
C.J Speelman, museum dihentikan
sementara saat pendudukan Jepang tahun 1942.
Melalui penggagasan para budayawan
maka pada 1 mei 1970 berdasarkan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan No. 182/VI/1970 museum ini didirikan kembali dengan nama “
MUSEUM LA GALIGO “ dan berjalan hingga sekarang dengan melalui beberapa kali
penyesuaian dan pematangan kelembagaan Museum agar dapat menjalankan fungsinya
sebagaimana mestinya yaitu Preservasi atau pemeliharaan
termasuk pengumpulan, konservasi, registrasi dan dokumentasi, Komunikasi melalui pameran, publikasi dan aktipitas
pendidikan dan Penelitian, untuk semua peninggalan bersejarah.
Museum La Galigo terletak di bangunan berlantai dua sebelah Selatan untuk memasukinya kita harus membayar Karcis Rp 10.000/org sudah termasuk museum yang terletak dibangunan sebelah Utara yang merupakan bangunan permanen yang pertama kali dibangun Belanda dalam Benteng ini. Dalam museum ini dipajang berbagai Gambaran kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan dan Barat mulai dari peradaban awal manusia, Jaman Batu, zaman besi, Nomad, Zaman bercocok tanam, zaman kebudayaan masyarakat Bugis, Makassar, Tator, Luwu dan Mandar, Kerajaan yang ada, sejarah Islam, Tenun Sutera, Zaman perjuangan hingga zaman kemerdekaan. Namun yang mengherankan bagi saya bahwa di Museum sebelah utara di pajang Gambar beberapa Gubernur yang pernah di Sulawesi Selatan, Gambar Ahmad Lamo dibawahnya ditulis masa pemerintahannya hingga 1983 dan Andi Oddang Mulai tahun 1983, pada hal pada saat saya mengikuti Kegiatan Napak Tilas tahun 1980 di Pinrang, acara itu diresmikan oleh Bapak Andi Oddang selaku Gubernur Sulawesi Solatan.
by Bakri Supian
Museum La Galigo, Fort Rotterdam khasana tak terpisahkan,
Mengunjungi museum agar mengenal sejarah peradaban manusia perzaman.
Benteng penuh dengan kisah Kota Daeng Makassar .....
BalasHapus