dr-MONGABAY-INDONESIA.blog
Hendar, Kutai Kartanegara, 29 Januari 2014.
Bekantan di Sungai Hitam Kutai Kartanegara |
Salah Satu
habitat bekantan (Nasalis larvatus) di Kaltim yang berada di luar kawasan
konservasi adalah Sungai Hitam di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai
Kertanegara. Sungai ini merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai
Seluang yang bermuara di Selat Makassar. Masyarakat lebih mengenal sungai ini
dengan sebutan Sungai Hitam, padahal
Sungai Hitam sebenarnya adalah nama salah satu anak sungai yang bermuara
di Sungai Kuala Samboja.
Disebut
Sungai Hitam karena pada waktu tertentu aliran sungai ini berwarna hitam saat
bertemu dengan aliran dari Sungai Kuala Samboja, warna air tersebut berasal
dari lahan gambut dan dedaunan yang membusuk di tepi sungai dan terbawa oleh aliran
sungai.
Habitat
bekantan itu sendiri, terletak di sepanjang Sungai Hitam atau Sungai Kuala
Samboja. Selain habitat bekantan, Sungai Kuala Samboja juga memiliki arti
penting bagi kehidupan masyatakat di sekitarnya. Sungai Kuala Samboja mempunyai
fungsi hidro-orologis sebagai daerah tangkapan air, sebagai penampung limpasan
air hujan, dan tempat perkembangbiakan berbagai ikan komersial serta indikator
banjir.
Pesona Sungai Hitam |
Sungai Kuala
Samboja menampung seluruh aliran sungai di wilayah Kelurahan Margomulyo,
Kelurahan Sungai Merdeka, Kelurahan Karya Merdeka dan beberapa keluaraha
lainnya. Dikawasan tersebut bukan hanya terdapat habitat bekantan, vegetasi di
Sungai Kuala Samboja dipengaharuai oleh pasang surut air laut. Kondisi tersebut
menyebabkan terdapatnya perubahan formasi vegetasi mulai dari muara sungai
menuju kea rah hulu. Jenis flora yang yang dijumpai seperti Mangrove dan nipah.
Sementara
jenis fauna yang banyak dijumpai disini adalah berang-berang, monyet ekor
panjang, biawak, ular, bidawang, burung elang dan berbagai jenis burung
lainnya. Habitat bekantan di Kuala Samboja berada di sekitar aliran Sungai
Kuala Samboja, sepanjang lima kilometer. Habitat yang tersisa hanya pada sisi
kanan dan sisi kiri sungai dengan lebar 0-200 meter. Habitat tersebut
terisolasi dan terfragmentasi oleh berbagai infastruktur, lahan masyarakat dan
aktivitas masyarakat lainnya.
Bekantan (Nasalis larvatus) semakin terancam dgn berkurang Hutan Mangrove |
Dari jalan
raya dan pemukiman di bagian selatan Sungai Kuala Samboja, kebun dan
penggembalaan ternak di sekitar Sungai Kuala Samboja yang tanahnya telah telah
dimiliki oleh masyarakat, belum lagi kebun yang tidak dikelola secara intensif,
semuanya telah berlangsung selama 25 tahun lalu. Belum lagi berbagai proyek
pengembangan kecamatan, dari pelebaran jalan, jembatan, hingga beberapa
perusahaan pengolahan limbah dan penambangan pasir.
“Habitat
bekantan di Sungai Kuala Samboja berada di lahan milik masyarakat, karena
masyarakat menggunakan tepi sungai sebagai batas kepemilikan lahan. Saat ini luas areal yang masih
feasible menjadi habitat bekantan di Sungai Kuala Samboja adalah 67,6 Ha,” kata
Ishak Yassir, salah satu peneliti dari Balai Penelitian Teknologi dan
Konservasi Daya Alam beberapa bulan lalu.
Dengan
keadaan tersebut maka, ketersediaan pakan adalah salah satu faktor pengaruh
penyebaran dan batasan bagi Bekantan. Bekantan di Sungai Hitam ini telah
menunjukan perilaku beradaptasi dengan makanan yang mereka peroleh dengan cara
memuntahkan kembali makanannya lalu mengunyah kembali, sebelum makanan tersebut
benar-benar ditelan. Biasanya makanan yang diperlakukan seperti itu yakni
makanan yang sulit dicerna atau makanan baru.
Di Sungai
Hitam, selain keterbatasan lahan, sumber pakan yang terbatas, menjadi penyebab
bergesernya monyet Belanda tersebut ke daerah yang lebih dalam. Bekantan di
Sungai Hitam memakan pucuk daun mangrove, rambai laut dan beberapa jenis
paku-pakuan.
Jembatan warga menuju Ladang melintasi sungai hitam |
“Saat ini
populasi bekantan di Sungai Hitam atau Kuala Samboja belum bisa dipastikan,
pasalnya di tahun 1993, populasinya mencapai 103 ekor, sementara prosentasi
bayi pada tahun 2013 lalu hanya sekitar 7 % saja, saya kira pasti ada
penurunan, karena kondisi lahan dan daya jelajah hewan tersebut,” kata Ishak.
Konversi
habitat menjadi masalah utama yang dihadapi Bekantan di Kuala Samboja. Status
area yang tidak dilindungi dan justru diakui dimiliki oleh masyarakat sekitar
semakin meningkat menyebabkan area sebar bekantan semakin berkurang, selain itu
perkembangan daerah tinggal dan jumlah penduduk semakin meningkat, sehingga
pembukaan area bervegetasi semakin bertambah, sementara habitat bekantan terus
dikonversi untuk memenuhi kebutuhan pembangnan pemukiman, tempat usaha dan
pertanian.
Bangunan Rumah penduduk yg memasuki kawasan Bekantan |
“Dengan
dikonversikannya habitat bekantan, tentu akan menyebabkan hilangnya kawasan
hidup binatang tersebut, tentu selain area bergerak, tentu banyak pohon pakan
yang mati, seperti jenis rambai laut dan beberapa pohon lain. Belum lagi sering
terjadinya banjir karena tidak adanya daerah serapan karena habisnya aria hutan
karena pertambangan di daerah hulu sungai,”ungkap Ishak.
Bekantan mahluk berekor yang dapat terbang,
Kearipan lokal kesatuan hukum alam yang dapat membuat hidup Tenang.