Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
Daud Aris Tanudirjo, menyebut pelaut Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjelajah
hingga mencapai Madagaskar di timur Benua Afrika sekitar abad ke-6 atau ke-7.
“Ini terjadi saat kerajaan Sriwijaya berjaya di Laut Cina Selatan dan Samudera
Hindia,” kata Daud dalam seminar membahas Kemampuan Maritim Nusantara, Sabtu,
19 Oktober 2013. Ini merupakan rangkaian acara Borobudur Writers and Cultural
Festival di Hotel Manohara, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 17-20 Oktober
2013.
Menurut
Daud, bahasa Malagis di Madagaskar menjadi bukti dampak kolonialisasi pelaut
Austronesia. Ia mengatakan Austronesia merujuk pada peradaban maritim wilayah
nusantara atau mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan
bahasa Austronesia. Secara geografis ini berada di belahan bumi mulai dari
Taiwan dan Hawai di bagian utara hingga Selandia Baru di selatan. Pada bagian
barat Austronesia menjangkau hingga Madagaskar. Sedangkan, di bagian timur
meliputi hingga Pulau Paskah di selatan Samudera Pasifik, masuk wilayah Chili.
Bahasa
Malagis mirip dengan Bahasa di sekitar Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Bukti
lain adalah hasil penelitian arkeolog Kamerun di Benua Afrika menemukan fitolit
pisang atau unsur silika seperti kaca dalam tanaman. Fitolit itu ditemukan
sekitar 2.500 tahun lalu. Selain pisang, padi juga mengandung fitolit.
Daud
menyebut fitolit yang arkeolog temukan di Kamerun memiliki banyak kemiripan
dengan tanaman yang tumbuh di nusantara. Ada juga persamaan bentuk alat musik,
yakni kecapi dan seruling. Bukti itu, kata Daud menggambarkan peran pelaut
Austronesia dalam penjelajahan Samudera Hindia sejak awal zaman logam atau
akhir masa Neolitik. Pelaut Austronesia melakukan perjalanan jarak jauh karena
perahu atau kapal mereka cukup tangguh mengarungi lautan.
Daud
mengatakan kolonialisasi Sriwijaya terhadap Madagaskar terjadi karena banyak
pendatang dari nusantara terutama yang kini sebagian besar wilayah Indonesia,
membangun pos penguasaan wilayah. Mereka jumlahnya semakin berkembang dan
membawa pengaruh peradaban terhadap Madagaskar. Kolonilasi Sriwijaya terhadap
Madagaskar bukan dalam pengertian penjajahan seperti yang dilakukan Belanda ke
Indonesia. Kolonialisasi yang Daud maksud lebih merujuk pada kuatnya pengaruh
orang-orang Sriwijaya terhadap peradaban Madagaskar.
SHINTA
MAHARANI
Tempo.com, Sabtu 19 oktober 2013.
Madagaskar jauh diseberang Samudera,
Armada Nusantara Jauh melabuhkan Sauh menyebarkan budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar