(Kisah ini merupakan kumpulan Tajuk " Anak-anak PerBatasan " khususnya di kawasan Nunukan yang berbatasan dengan Sabah Malaysia tahun 1964-1968 yang saat itu bersitegang dalam konfrontasi Dwi Kora. Tulisan ini buat Ultah Kab. Nunukan yang ke 14)
Hampir setiap hari kapal patroli kecil
Malaysia yang sering kami sebut sebagai Kapal Posapung (sekrg=kapal patroli kecil) Nangkring di perairan
depan desa
bisa sampai dua kapal berjarak 1 mil dari Pulau
Nunukan dan sering jadi tontonan kami saat bermain di pantai berlumpur
sambil menangkap udang, ikan kecil bahkan tempakul kalau – kalau ada yang
tersangkut di genangan air saat telah surut, meski sekali kala aku merasa cemas
kalau saja kapal Musuh itu melepaskan tembakannya maka tammatlah
riwayat kami yang sedang bermain dan beberapa warga yang berada disekitar
sasaran tembakan.
Kegentingan seperti itu bukanlah hal yang
mustahil karna saat itu sekitar tahun 1966 an Negara Indonesia tidak menyetujui
Kemerdekaan Malaysia dari Penjajah Inggris dan lepas dari Negara Kesatuan RI,
peperangan antara dua Negara tidak dapat dihindarkan yang lebih dikenal dengan
sebutan Konfrontasi atau Dwi Kora dengan slogan yang cukup
terkenal saat itu GANYANG MALAYSIA GANYANG TUN RAZAK. Slogan tersebut sudah menjadi
nyayian semangat bangsa Indonesia terlebih bagi kami anak-anak perbatasan yang
acapkali meneriakkan Yel yel tersebut bila berpapasan dengan tentara atau
Sukarelawan yang lagi bertugas.
Karena keseringan bermain di pantai
maklum desa kami waktu itu bila dibandingkan dengan kota sekarang tidak lebih besar
dari suatu kampung, sehingga tempat bermain sangat terbatas, keadaan ini membuat kami tidak
asing dengan Satu bangunan khusus dibagian terdepan Pantai yang dilengkapi
dengan teropong pengintai dan tentara satuan KKO yaitu Pos Jaga. Sekali waktu aku
bersama sahabatku Karim, Sikuluk, Sitambun dan Baco biasanya bermain di Pos jaga
terutama bila keadaan tenang dan yang bertugas kami kenal seperti Mas Bambang
kalau tidak salah pangkatnya Dua Balok merah. Di Pos jaga ini kami bermain menggunakan teropong
yang terpasang statip ditempatnya tentu setelah di ajarin Mas Bambang. Dengan teropong (teleskop) kami dapat melihat
kapal Posapung agak lebih besar dibanding
melihatnya dengan mata telanjang, mengapung di laut zona perairan negara Malaysia
berwarna putih dengan lambung Biru kehitaman dan berlatar hutan bakau karena
dibelakang sekitar 300 m ada pulau berbakau view terlihat lebih beauty, Sering
juga terlihat awak kapal mondar mandir dikapal sekali-kali mengeker kearah kami
dengan teropong yang selalu menggantung di lehernya, kalau kalau ada pergerakan
yang perlu dilaporkan kemarkas mereka pikirku.
Tak Cukup hanya bermain Teropong di Pos
jaga kami juga dapat bermain Senjata yang selalu standby disamping di teropong
dan moncong mengarah kelaut dititik kapal Posapung tersebut, bagi kami saat mengarahkan bidikan laras senapan ke kapal posapung tersebut seolah-olah kami
sanggup merontokkan kapal musuh kalau saja kami tentara saat itu. Aku lupa nama senjata itu tapi cirinya
dibagian depan ada tripot tempat bersandar senjata, ada semacam Box besi
terkunci dan bila terbuka akan keluar semacam rantai besi berisi peluru yang
dapat dihubungkan kebagian senjata kalau di aktipkan.
Di Pos Jaga tersebut Selain terdapat Teropong dan senjata terdapat juga dua meja lengkap kursinya, ada senjata tangan milik petugas
jaga yang bergagang Kayu dan didinding tertempel telpon engkol berwarna hitam serta dua Teropong gantung yang biasa juga kami mainkan selalu tersedia di almari. Untuk bermain disini tentunya kami tidak bisa berlama lama karna itu adalah hal
terlarang kalau kami bermain itu tak lebih karena Mas Bambang yang manggil
untuk menghilangkan kejenuhan paling lama juga beberapa jam sebagaimana waktu jaga seorang petugas. Dibelakang Pos jaga terdapat 3 bangunan barak
militer salah satunya merupakan tempat kediaman Komandan yang mengepalai
operasional Perbatasan se Pulau Nunukan.
Hal yang sangat menyenangkan saat bermain di Pos Jaga adalah ketika akan
Pulang, biasnya kami akan di bekali Gabin Ramsung Tentara satu orang satu bungkus bagi anak desa
itu terasa sangat enak sehingga sahabatku Kuluk dan Tambun berkata : “ Gabinnya
enak ya Bakri dan Mas Bambang baik,
besok kita main lagi yuk ?” dan aku biasanya menjawab : “ Wah nda bisa setiap
hari nanti kita dimarah kecuali dipanggil kaya tadi kalau tidak kita bisa
ditembak ”.
by Bakri Supian
Si Tambun anak PerBatasan di kawasan utara,
Meski masih kecil anak PerBatasan memiliki semangat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar