EL
Moutawakel mengasah bakat olahraga di sebuah negara Muslim, Maroko. Orang
tuanya mengajarkan trek lari dan lapangan padanya. Tentunya kegiatan itu
berbeda dari kebanyakan perempuan Muslim di negaranya.
Berkat bakatnya di dunia atletik, El Moutawakel menarik perhatian Iowa State University. Universitas itu menawarinya beasiswa sambil menekuni lari gawang.
Sama seperti olahraga, pendidikan El Moutawakel sangat penting bagi orang tuanya, terutama ayahnya yang sempat gugup membiarkan putrinya menimba ilmu di Amerika Serikat. Seminggu kemudian setelah keberangkatannya ke Amerika Serikat, ayah El Moutawakel meninggal dunia dalam kecelakaan mobil fatal.
Meskipun masih dilanda kesedihan karena kehilangan ayahnya, delapan bulan kemudian El Moutawakel memenangkan juara pertama untuk lari gawang 400 meter dalam waktu 76 detik.
Ia pun dinobatkan sebagai perempuan Muslim pertama yang meraih medali emas Olimpiade. Ketika itu pada Olimpiade Los Angeles 1984, El Moutawakel juga menjadi perempuan Afrika pertama yang merebut medali emas.
El Moutawakel mendorong karier puluhan perempuan Muslim untuk mengikuti jejak kariernya. Kemenangan bersejarahnya membuktikan perempuan Muslim bisa memperjuangkan diri mereka sendiri di dunia modern Barat.
Ia membuka jalan seperti atlet Muslim, Ruqaya Al Ghasara. Pada tahun 2004, Al Ghasara berkompetisi di Olimpiade Yunani mengenakan jilbab penuh dan menjadikannya sebagai perempuan Muslim pertama yang mengenakan hijab di ajang Olimpiade.
Saat ini El Moutawakel menjadi anggota beberapa organisasi atlet internasional termasuk Amateur Athletic Federation Olympic Committee sejak 1998. Untuk Olimpiade London 2012, ia terpilih sebagai Presiden dari komite tersebut. (feminspire/MI/RRN)
Berkat bakatnya di dunia atletik, El Moutawakel menarik perhatian Iowa State University. Universitas itu menawarinya beasiswa sambil menekuni lari gawang.
Sama seperti olahraga, pendidikan El Moutawakel sangat penting bagi orang tuanya, terutama ayahnya yang sempat gugup membiarkan putrinya menimba ilmu di Amerika Serikat. Seminggu kemudian setelah keberangkatannya ke Amerika Serikat, ayah El Moutawakel meninggal dunia dalam kecelakaan mobil fatal.
Meskipun masih dilanda kesedihan karena kehilangan ayahnya, delapan bulan kemudian El Moutawakel memenangkan juara pertama untuk lari gawang 400 meter dalam waktu 76 detik.
Ia pun dinobatkan sebagai perempuan Muslim pertama yang meraih medali emas Olimpiade. Ketika itu pada Olimpiade Los Angeles 1984, El Moutawakel juga menjadi perempuan Afrika pertama yang merebut medali emas.
El Moutawakel mendorong karier puluhan perempuan Muslim untuk mengikuti jejak kariernya. Kemenangan bersejarahnya membuktikan perempuan Muslim bisa memperjuangkan diri mereka sendiri di dunia modern Barat.
Ia membuka jalan seperti atlet Muslim, Ruqaya Al Ghasara. Pada tahun 2004, Al Ghasara berkompetisi di Olimpiade Yunani mengenakan jilbab penuh dan menjadikannya sebagai perempuan Muslim pertama yang mengenakan hijab di ajang Olimpiade.
Saat ini El Moutawakel menjadi anggota beberapa organisasi atlet internasional termasuk Amateur Athletic Federation Olympic Committee sejak 1998. Untuk Olimpiade London 2012, ia terpilih sebagai Presiden dari komite tersebut. (feminspire/MI/RRN)
Tinem dan Bejo tinggal di Lereng Gunung Merapi,
Wanita sekarang dapat mencapai prestasi layaknya lelaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar