Sabtu, 15 Desember 2012

DI LERENG GUNUNG MERAPI

NusanTaRa.Com


Meski tak mecapai Puncaknya bahkan kampung Mbah Marijan yang melejenda dengan tugasnya sebagai jurukunci Gunung Merapai sebagai tugas yang dilimpahkan Sultan Jogyakarta juga belum karena suasana saat itu lagi hujan,  sehingga saat itu Rabu 12 desember 2012  saya hanya bernaung di Pondok Warung  yang sebagian dindingnya dari Gedeg sambil menikmati Kopi tulen dengan rasa jahe dan makan keripik ubi dan Kacang Tanah yang digoreng  bersama gula merah sambil menyaksikan keindahan Gunung yang masih tertutup Awan.  6 km sepanjang perjalanan mendaki Gunung hingga ke best Camp terakhir tempat Parkir kendaraan disamping pondok tersebut memang di kiri kanan sepanjang jalan telah menghijau tertutup rumput namun masih terlihat banyak pohon-pohon mati  berarang yang mati karena semburan Hawa panas ketika itu.  


Namun demikian banyak juga para pengunjung lain yang juga menyempatkan diri meninjau hingga ke  lokasi tersebut meski dengan sagat ragu tapi tak mungkin melewati kampung Mba Marijan karena ada petugas kemanan yang selalu sedia menjaga dan melarang para pengunjung melewati batas tersebut.    Semua itu untuk menjaga keamanan para pengunjung dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk kalau2 ada dampat beracun dari eks lelehan lahar yang telah membeku tersebut.


Kala  berdiri menatap Puncak Gunung merapi saat gerimis yang tertutup awan di lereng gunung dan Puncak semakin jelas terlihat manakala sedikit demiki sedikit awan yang menutupi Puncak Gunung merapi terbawa angin,  tanpa kusadari terbayang tragedi  2 tahun lalu Selasa 26 Oktober 2010 ketika Lahar Panas dan suhu panas membakar kehidupan disekitar  lereng dengan radius 5 km dan menewaskan 165 jiwa warga desa Cangkringan di lereng merapi termasuk Mbah Marijan.


Sembari masih tertegun dengan suasana tragedi tersebut kupalingkan perhatian menikmati panorama eks letusan  merapi tersebut disekeliling lereng yang tertinggal hanya pohon kecil atau rumput yang baru tumbuh serta warna putih yang hampir menyelimuti seluruh lereng sebagai endapan abu menjadikannya keindahan yang kelam.  Serta menyaksikan keseriusan para pengunjung yang datang dan yang akan pulang dengan berbagai raut wajah sebagai ekspresi mereka akan legenda bencana tersebut tak lupa aku menyedut minuman alias kopi yang tersaji dengan dekapan hawa sejuk yang menusuk kedalam raga. 


Dari pondok tersebut terlihat jelas keagungan Gunung merapi menjulang keangkasa dengan Puncak terbelah tempat lahar meleleh keluar yang membawa ribuan kubil pasir dan bebatuan yang menyumbat beberapa aliran sungai disekitarnya, dari Pondok Warung itupula bersama beberapa teman yang tidak sempat meninjau langsung  Desa Mbah Marijan sekitar 1 km keatas meski banyak pengunjung yang berjalan kaki beramai-ramai  menuju kesana setelah memarkir mobil mereka disamping pondok kami.   Warung pondok yang kami tumpangi tersebut  ternyata milik Mba Panut yang merupakan putri  pertama dari Alm. Mbah Marijan Tokoh yang dituakan tentang  Pemahaman kearipan Lokal Gunung Merapi.
byBakriSupian









Inul Daratista Menggoyang panggung menghibur Penonton,
Letusan Gunung  merapi  mengguncang bumi menewaskan Mbah Marijan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...