NusanTaRa.Com
Meski tak
mecapai Puncaknya bahkan kampung Mbah Marijan yang melejenda dengan tugasnya
sebagai jurukunci Gunung Merapai sebagai tugas yang dilimpahkan Sultan
Jogyakarta juga belum karena suasana saat itu lagi hujan, sehingga saat itu Rabu 12 desember 2012 saya hanya bernaung di Pondok Warung yang sebagian dindingnya dari Gedeg sambil
menikmati Kopi tulen dengan rasa jahe dan makan keripik ubi dan Kacang Tanah
yang digoreng bersama gula merah sambil
menyaksikan keindahan Gunung yang masih tertutup Awan. 6 km sepanjang perjalanan mendaki Gunung
hingga ke best Camp terakhir tempat Parkir kendaraan disamping pondok tersebut
memang di kiri kanan sepanjang jalan telah menghijau tertutup rumput namun masih
terlihat banyak pohon-pohon mati berarang yang mati karena semburan Hawa panas
ketika itu.
Namun demikian banyak juga para pengunjung lain yang juga menyempatkan diri meninjau hingga ke lokasi tersebut meski dengan sagat ragu tapi tak mungkin melewati kampung Mba Marijan karena ada petugas kemanan yang selalu sedia menjaga dan melarang para pengunjung melewati batas tersebut. Semua itu untuk menjaga keamanan para pengunjung dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk kalau2 ada dampat beracun dari eks lelehan lahar yang telah membeku tersebut.
Namun demikian banyak juga para pengunjung lain yang juga menyempatkan diri meninjau hingga ke lokasi tersebut meski dengan sagat ragu tapi tak mungkin melewati kampung Mba Marijan karena ada petugas kemanan yang selalu sedia menjaga dan melarang para pengunjung melewati batas tersebut. Semua itu untuk menjaga keamanan para pengunjung dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk kalau2 ada dampat beracun dari eks lelehan lahar yang telah membeku tersebut.
Kala berdiri menatap Puncak Gunung merapi saat
gerimis yang tertutup awan di lereng gunung dan Puncak semakin jelas terlihat
manakala sedikit demiki sedikit awan yang menutupi Puncak Gunung merapi terbawa
angin, tanpa kusadari terbayang tragedi 2 tahun lalu Selasa 26 Oktober 2010 ketika
Lahar Panas dan suhu panas membakar kehidupan disekitar lereng dengan radius 5 km dan menewaskan 165
jiwa warga desa Cangkringan di lereng merapi termasuk Mbah Marijan.
Sembari masih tertegun dengan suasana tragedi tersebut kupalingkan perhatian menikmati panorama eks letusan merapi tersebut disekeliling lereng yang tertinggal hanya pohon kecil atau rumput yang baru tumbuh serta warna putih yang hampir menyelimuti seluruh lereng sebagai endapan abu menjadikannya keindahan yang kelam. Serta menyaksikan keseriusan para pengunjung yang datang dan yang akan pulang dengan berbagai raut wajah sebagai ekspresi mereka akan legenda bencana tersebut tak lupa aku menyedut minuman alias kopi yang tersaji dengan dekapan hawa sejuk yang menusuk kedalam raga.
Sembari masih tertegun dengan suasana tragedi tersebut kupalingkan perhatian menikmati panorama eks letusan merapi tersebut disekeliling lereng yang tertinggal hanya pohon kecil atau rumput yang baru tumbuh serta warna putih yang hampir menyelimuti seluruh lereng sebagai endapan abu menjadikannya keindahan yang kelam. Serta menyaksikan keseriusan para pengunjung yang datang dan yang akan pulang dengan berbagai raut wajah sebagai ekspresi mereka akan legenda bencana tersebut tak lupa aku menyedut minuman alias kopi yang tersaji dengan dekapan hawa sejuk yang menusuk kedalam raga.
Dari pondok
tersebut terlihat jelas keagungan Gunung merapi menjulang keangkasa dengan
Puncak terbelah tempat lahar meleleh keluar yang membawa ribuan kubil pasir dan
bebatuan yang menyumbat beberapa aliran sungai disekitarnya, dari Pondok Warung
itupula bersama beberapa teman yang tidak sempat meninjau langsung Desa Mbah Marijan sekitar 1 km keatas meski
banyak pengunjung yang berjalan kaki beramai-ramai menuju kesana setelah memarkir mobil mereka
disamping pondok kami. Warung pondok
yang kami tumpangi tersebut ternyata
milik Mba Panut yang merupakan putri pertama
dari Alm. Mbah Marijan Tokoh yang dituakan tentang
Pemahaman kearipan Lokal Gunung Merapi.
byBakriSupian
byBakriSupian
Inul
Daratista Menggoyang panggung menghibur Penonton,
Letusan
Gunung merapi mengguncang bumi menewaskan Mbah Marijan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar