Selasa, 15 Mei 2012

KEINDAHAN NEGERI DEWA DI PULAU BALI


NusanTaRa.Com
byBakriSupian -17April2010

      Journey ini berawal dari Kab. Blora setelah tugas di perusahaan oil, kemudian saya yang lanjutkan berlibur ke Bali untuk mengenal daerah wisata negeri Dewata Indonesia,  tanggal 13-4-2010 membeli tiket mobil Travel di Alun-alun kota Blora seharga Rp 65.000 tujuan Surabaya.   Pagi jam 0945 setelah berputar-putar dua jam menjemput penumpang baru kami meninggalkan kota Blora, 1,5 jam kemudian melewati kawasan Jawa tengah yaitu kota Cepu sebagai kota minyak tertua di Indonesia dan memasuki  Kab. Bojonegoro Jawa Timur dengan keindahan alun-alun kota dan beberapa pertokoan.  Sepanjang jalan berikutnya tersaji  panorama kawasan pertanian, di luar Kab. Lamongan  dan Kab. Gersik melewti kawasan tambak rakyat. 
 
Tiba di Terminal Bungorasih Surabaya Jam 12.10 yang sangat besar dan sibuk, kemudian membeli tiket Bus Pariwisata  AKAS Rp 150.000 untuk perjalanan menuju Denpasar.    Selang beberapa jam  (17.10) bas telah berada di luar kota Sidoarjo sepanjang perjalanan dihiasi deretan perumahan, pertokoan dan Pabrik, di Porong terlihat tanggul tanah yang tinggi pencegah rembesan lumpur kedaerah pemukiman sebagai ulah Aburizal Bakrie bos PT. Lapindo dan terlihat beberapa rumah yang dirusakkan dan dikosongkan penghuninya karena amaran pemerintah.   
   
       Tengah malam (jam 01.00)  tiba di  Dermaga  Pery Ketapang yang dipenuhi berbagai kendaraan yang akan menyeberang ke dermaga Gilimanuk Bali mulai dari motor, mobil pribadi sampai  truk logistic, butuh waktu 45 menit untuk mendapat giliran pemberangkatan dengan pery jenis roro.   Disinipun tak dapat memejamkan mata meski  berada ditempat duduk yang selesa  sehingga   waktu tersebut saya gunakan memesan  mee instan dan teh botol Sosro sambil menikmati pemandangan Selat Bali yang gelap namun di beberapa titik terlihat lokasi kumpulan Bagan Penangkap Ikan yang sangat terang dan dari jauh terlihat cahaya kota di pesisir Jawa dan Gilimanuk Bali.   

      Kurang lebih satu jam perjalanan tiba di dermaga Gilimanuk Bali dan langsung menuju Denpasar,   sepanjang  jalan ke Denpasar banyak dihiasi ornamen khas Bali berupa patung batu,  ukiran, candi kecil dan tempat persembahyangan  serupa Pancang setinggi  2 meter tersususn dari bata semen diatasnya ada rumah kecil tempat patung dewa dan sesajian persembahyangan dan sesekali terlihat orang-orang berdiri didepan menyembah dengan dua tangan rapat di muka.    Tak kalah indahnya sepanjang jalan dihiasi kawasan pertanian hortikultur maupun sawah bersusun indah di keseluruhan bukit-bukit dan tak jauh dari  laut yang memanjang di sebelh kanan  jalan sehingga kita masih mendengar hempasan ombak di karang pantai.

      15 April 2010 Jam 07.25.   Terminal bus kota Dempasar  dengan Gapura tinggi dipintu masuk  dan beberapa bagian terminal  tersusun dari batu ukiran sehingga memberi kesan sebagai  kota Dewa.   Turun dari bas langsung naik  Taksi yang selalu siap  dengan tarip Rp 30.000 untuk mengantar ke kota  plus mencarikan Hotel dengan tarip yang kita butuhkan, alhasil selama di Bali nginap di Hotel Dewi Jalan. P Diponegoro, tarip Rp 270.000,-,  hotel ini memiliki 4 unit bangunan dengan model Bali. 

        Jam 10.15 setelah  mandi untuk menghemat waktu agar dpt berjalan sepuasnya di daerah wisata Bali dengan waktu tiga hari, langsung menuju jalanan mencari kendaraan untuk ke Tanah Lot meski angkot banyak dan tarip murah tapi Taksi tetap jadi pilihan agar lebih praktis dengan tarip PP Rp 150.000 dengan sopir Nyoman seorang ayah muda katanya istrinya baru melahirkan.  Sepanjang jalan seperti biasanya dihiasi aktipitas kedewaan dengan Kuil  dan beberapa orang berjalan memakai pakaian adat  di tengah kota terlihat bangunan megah, Patung modern menghias taman dan pusat perbelanjaan.    45 menit perjalanan tiba di bagian area parkir Tanah Lot.  Tak jauh dari parkir terdapat pusat perbelanjaan cinderamata dan sempat membeli 1 lusin baju kaus bertuliskan berbagai slogan Bali Rp 250.000 dan 1 celana pendek sampai lutut untuk mandi Rp 50.000,  melewati Gapura Bali 6 meter memasuki Tanah lot Park,   meski masih begitu jauh dari pantai sudah terdengar deru ombak laut bermain disepanjang tebing batu Tanah Lot.  Langkah selanjutnya belok kanan menelusuri jalan semenisasi selebar  1.7 m diapit bunga perdu seolah pagar dan mengikuti liuk tebing  sesekali kita menemui sesajen di Patok peribadatan dan taman Tanah lot yang cukup indah dan luas,  dari tempat ini juga pengunjung dapat menikmati Samudra Hindia hingga kebatas Cakrawala dan didepan kita tebing curam yang eksotik sepanjang Pantai melengkapi situasi ini  di sini terdapat beberapa tempat duduk, meja dan cafe2. 
      Tanah Lot sebenarnya sebuah tebing batu terjal  ketinggian 6 m menjorok  kelaut sejauh 35 m kelaut dengan kelebaran 4-5 meter, di ujungnnya terdapat bangunan  Kuil kecil dengan arca tempat pemujaan dibalut kain kotak hitam putih, hal cukup mengesankan ditempat ini adalah hembusan angin laut yang kuat, Deru ombak dari bawah, Percikan hempas ombak yang terbawa angin dan sensasi bediri dipinggir tebing pesan,  saya bila berada di daerah ini jangan berdiri  terlalu di pinggir dan jangan lama.    Tak jauh dari situ terdapat kediaman pribadi Konglomerat Indonesia Aburizal Bakrie yang terlihat sibuk kata sopir persiapan pernikahan anak lelaki beliau dengan Artis  Nia RamaDhani.


Di lokasi ini juga sederetan pemukiman masyarakat adat sebagai satu kampung adat, los penjaja souvenir dan beberapa café yang terletak ditempat strategis hingga kita dapat menghirup kopi sambil memandang pantai,  sepanjang jalan ini terdapat banyak bunga serta aromanya karena bunga tersebut sebagai sarana peribadatan pada arca disepanjang jalan,  tak jauh dari sini yaitu diatas pantai terdapat kuil pantai yang temboknya terhempas ombak.   Akhir di Tanah Lot mengunjungi Pulau Kuil yang terpisah dari daratan tapi saat surut kita dapat berjalan kesana, dari seberang pulau ini terlihat sebuah Kuil kecil dengan atap bertingkat empat terbuat dari ijuk dengan  arca yang dibalut kain kotak-kotak hitam putih, Payung-payung dewa berwarna putih kuning dan sesajen,  tempat ini sangat menarik tempat  berphoto.

      Selesai di Tanah Lot menuju Pantai Nusa Bali dua sebuah tempat rekreasi Pantai  berpasir putih dan halus serta dikelilingi hotel mewah dan berbagai pasilitas sport pantai seperti Ski air, Sailing, Diving, Jet sky, Banana Boad, Payung dan boad terbang yang di tarik speedboad yang dipersewakan, kesempatan ini saya gunakan untuk bermain JetSky selama 20 menit dengan tarip  Rp 300.000 sambil balapan dengan para bule dan Buli yang putih-putih itu.    Berhubung hari masih terang saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta pantai yang namanya dah kesohor di Indonesia hingga ke Manca Negara tapi terlebih dahulu harus menambah biaya transpor termasuk ke Nusa bali Dua Rp 100.000, Dipantai ini lebih ramai wisatawan berbaring sepanjang pantai berpasir putih dan halus dan berfoto-foto,  disini juga berderet Hotel mewah dan pusat perbelanjaan dan sarana hiburan lainnya seperti  tukang pijat pantai bila anda penat dan café-café kecil tersedia juga penyewaan Selancar air Rp 150.000 per 20 menit plass pelatihan dasar.   Kesempatan ini saya sempat menyaksikan upacara adat Bali berupa pelarungan   abu jenazah bangsawan  tertentu dengan pakaian khas bali dan alat musik  tradisi, sesajian, dan pembakaran ogoh kecil di laut.

        Hari kedua di Bali (16April2010) pagi jam 08.00 si Nyoman telah berdiri di Parkir karena janjian kemarin untuk mengantar ke Bukit Kintamani, Pasar butik, galeri Lukisan dan Pusat pengrajin Perak dengan biaya Rp 350.000.   20 menit setelah perjalanan keadaan mulai terlihat sibuk karena tidak jauh dari Pasar Rakyat dengan berbagai Los jualan dan harga miring bangunan disinipun tak jauh dari bangunan sebelumnya yang bergaya Bali.   Dari Pasar menuju dua Galery Pelukis, kedua – dua bangunannya memiliki Gapura dipintu masuk  dan didalam terpajang berbagai lukisan diruangan tertutup dengan harga sesuai dengan kwalitas  gambar maklum saya ini kurang memahami yang namanya nilai seni lukisan, setelah melihat-lihat pada Galeri Semar saya pun turun dari mobil dan langsung menatap Lusikan penari Bali dan Lukisan laut koral setelah tawar menawar akhirnya lukisan koral dengan harga Rp 2.500.000  menjadi pilihan.         Persinggahan berikutnya adalah  Galery pengrajin Perak dalam sebuah bangunan berpagar tembok tinggi, barang di pajang di etalase dalam berbagai karya ada perahu layar, Gadis penari, Barong, Kuil, Gadis menjunjung sesajen dll dengan harga yang berpatotan ada yang mencapai  Rp 75.000.000 dan kesempatan ini hanya membeli kerajinan perak Perahu layar seharga Rp 5.000.000 maklum kocek lagi menipis.

    Memasuki kawasan Bukit Kintami mulai terasa alam pedesaan, pertama suhu mulai sejuk, kabut makin tinggi makin tampak,  kedua perjalanan semakin mengarah kependakian yang memanjang, ketiga suasana perkampungan semakin padat dengan aktipitas pertanian seperti  Buah-buahan, sayur-sayuran yang dipajang didepan rumah kecil mereka.   Kawasan Wisata Bukit Kintamani yang dihimpit bukit dihiasi  bangunan Hotel dan Pertokoan disisi sepanjang lereng jalan sangat mempesona.
      Mobil berhenti ditepi kanan jalan yang bershelter sepanjang lereng untuk berehat sambil menikmati  keindahan Gunung Kintamani yang agung berselimut awan yang sesekali menyembul manakala sang awan meninggalkannya terbawa angin dan bagian  bawah tersusun dengan indah kebesaran   lukisan alam sebuah panorama desa dengan gugusan pertanian dan rumah penduduk yang terapit berbagai bukit kecil dan dibagian depannya terbentang luas Keindahan Danau Kintamani yang tenang dan sekali nelayan bermain diatasnya,  dari arah bawah juga terlihat sebaris garis putih yang meliuk-liuk menuju arah tempat peristirahatan  adalah jalan-jalan yang telah beraspal.   Di Shelter banyak touris baik para bule maupun domestik dengan menyandang kamera dan kesibukan penjaja cinderamatan.    Setelah puas menuju ke Kuil yang terletak di ujung Jalan dan dipuncak gunung sebuah komplek bangunan Peribadatan ummat  Hindu  yang terdiri dari beberapa candi beratap empat tingkat dari ijuk dan patung, untuk memasukinya kita harus membeli tiket dan memakai kain batik dibalutkan dipinggang.   Pulangnya singgah di BATUR SARI RETOURANT Bangli  yang terletak dilereng gunung maklum sekarang telah jam 14.20 perut menuntut hak,  Sambil menikmati kuliner khas Bali pengunjung asik melepaskan pandangan menuju sekitar membuat pengunjung seolah dewa yang berada di suatu ketinggian menyaksikan keindahan alam di bawah sana.  
                                                        
       Hari terakhir  di Dempasar 17 April 2010, karena akan kembali kekampung bertemu dengan keluarga setelah terpisah 8 hari dan tiket penerbangan Lion Air seharga Rp  850.000,- dari Travel samping Hotel.  Chek out dari hotel setelah breakfast di café samping Hotel,   meski penerbangan Jam 13.15 tapi kami berangkat lebih awal  untuk menyaksikan Monumen Tragedi Bom Bali 2002,  Ketika berada di simpang Tiga legian saya termangu membaca didinding batu hitam monument sederet nama-nama yang gugur dalam tragedi Bom Bali 2002,  berjumlah sekitar 202 orang dari 21 negara dan warga Australia terbanyak 88 orang, Indonesia 38 orang, Inggris 23 orang dan seterusnya  menurut orang disekitar bahwa monument itu dulunya adalah Paddy’s Pub  tempat ledakan pertama bom, terdapat karangan bunga di depan pagar monument dan beberapa orang khusus berdoa, berjalan sepanjang Jalan Legian yang sangat ramai  yang dipenuhi kendaraan dan pejalan kaki dari berbagai Bangsa disisi jalan dipenuhi berbagai toko penjual barang, Restoran dan hotel.    Jam 1210 menit tiba di bandara International Ngurah Rai meski tidak semewah bandara lain di Indonesia di luar Jakarta tapi kondisi cukup menyenangkan dan Tertib, akhir saya harus berpisah dengan Nyoman supir setia selama 3 hari di Bali karna pesawat akan Take Up. 


                                               Jauh berjalan kaya Jiwa,
                                               Pulau Bali berhias Alam Dewata.

Jumat, 11 Mei 2012

MENRE BOLA BARU


Dalam budaya masyarakat Bugis ketika sebuah keluarga akan membangun rumah atau pindah ke rumah baru terdapat serangkaian upacara adat yang harus dijalankan, mulai saat persiapa...n bahan-bahan untuk membangun rumah, ketika rumah akan dibangun/didirikan, lalu ketika rumah tersebut siap untuk ditinggali, bahkan saat rumah tersebut sudah dihuni. Rangkaian upacara adat tersebut adalah sebagai berikut :
 
Tahap Upacara Makkarawa Bola.

Makkarawa Bola terdiri dari dua kata yaitu Makkarawa (memegang) dan Bola (rumah), jadi makkarawa bola bisa diartikan memegang, mengerjakan, atau membuat peralatan rumah yang telah direncanakan untuk didirikan dengan maksud untuk memohon restu kepada Tuhan agar diberikan perlindungan dan keselamatan dalam penyelesaian rumah yang akan dibangun tersebut. Tempat dan waktu upacara ini diadakan di tempat dimana bahan–bahan itu dikerjakan oleh Panre (tukang) karena bahan–bahan itu juga turut dimintakan doa restu kepada Tuhan. Waktu penyelenggaraan upacara ini ialah pada waktu yang baik dengan petunjuk panrita bola, yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin upacara.

Bahan–bahan upacara yang harus dipersiapkan terdiri atas : ayam dua ekor, dimana ayam ini harus dipotong karena darahnya diperlukan untuk pelaksanaan upacara kemudian tempurung kelapa daun waru sekurang – kurangnya tiga lembar. Tahap pelaksanaan upacara makkarawa bola ini ada tiga, yaitu 1. waktu memulai melicinkan tiang dan peralatannya disebut makkattang, 2. waktu mengukur dan melobangi tiang dan peralatannya yang disebut mappa, 3. waktu memasang kerangka disebut mappatama areteng.

Setelah para penyelenggara dan peserta upacara hadir, maka ayam yang telah disediakan itu dipotong lalu darahnya disimpan dalam tempurung kelapa yang dilapisi dengan daun waru, sesudah itu darah ayam itu disapukan pada bahan yang akan dikerjakan. Dimulai pada tiang pusat, disertai dengan niat agar selama rumah itu dikerjakan tuan rumah dan tukangnya dalam keadaan sehat dan baik–baik, bila saat bekerja akan terjadi bahaya atau kesusahan, maka cukuplah ayam itu sebagai gantinya. Selama pembuatan peralatan rumah itu berlangsung dihidangkan kue–kue tradisional seperti : Suwella, Sanggara, Onde-Onde, Roko–roko unti sering juga disebut doko-doko, Peca’ Beppa, Barongko dan Beppa loka, dan lain – lainnya.

Tahap Upacara Mappatettong Bola (Mendirikan Rumah).

Tujuan upacara ini sebagai permohonan doa restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar rumah yang didirikan itu diberkahi dan dilindungi dari pengaruh-pengaruh roh jahat yang mungkin akan menganggu penghuninya. Upacara ini diadakan di tempat atau lokasi dimana rumah itu didirikan, sebagai bentuk penyampaian kepada roh-roh halus penjaga – penjaga tempat itu bahwa orang yang pernah memohon izin pada waktu yang lalu sekarang sudah datang dan mendirikan rumahnya. Sehari menjelang dirikan pembangunan rumah baru itu, maka pada malam harinya dilakukan pembacaan kitab barzanji.

Adapun bahan–bahan dan alat–alat kelengkapan upacara itu terdiri tas : ayam ’bakka’ dua ekor, satu jantan dan satu betina. Darah kedua ayam ini diambil untuk disapukan dan disimpan pada tiang pusat rumah, ini mengandung harapan agar tuan rumah berkembang terus baik harta maupun keturunannya. Selain itu, Bahan–bahan yang ditanam pada tempat posi bola (pusat atau bagian tengah rumah) dan aliri pakka yang akan didirikan ini terdiri atas : awali (periuk tanah atau tembikar), sung appe (sudut tikar dari daun lontar), balu mabbulu (bakul yang baru selesai dianyam), penno-penno (semacam tumbuh-tumbuhan berumbi seperti bawang), kaluku (kelapa), Golla Cella (gula merah), Aju cenning (kayu manis), dan buah pala. Kesemua bahan tersebut diatas dikumpul bersama – sama dalam kuali lalu ditanam di tempat dimana direncanakan akan didirikan aliri posi bola itu dengan harapan agar pemilik rumah bisa hidup bahagia, aman, tenteram, dan serba cukup.

Setelah tiang berdiri seluruhnya, maka disediakan pula sejumlah bahan – bahan yang akan disimpan di posi bola seperti kain kaci (kain putih) 1 m, diikatkan pada posi bola, padi dua ikat, golla cella (gula merah), kaluku (kelapa), saji pattapi (nyiru), sanru (sendok sayur), piso (pisau), pakkerri (kukur kelapa). Bahan–bahan ini disimpan diatas disimpan dalam sebuah balai – balai di dekat posi bola. Bahan ini semua mengandung nilai harapan agar kehidupan dalam rumah itu serba lengkap dan serba cukup. Setelah kesemuanya itu sudah dilaksanakan, barulah tiba saat Mappanre Aliri, memberi makan orang – orang yang bekerja mendirikan tiang – tiang rumah itu. Makanan yangf disajikan terdiri atas sokko (ketan), dan pallise, yang mengandung harapan agar hidup dalam rumah baru tersebut dapat senantiasa dalam keadaan cukup. 

Tahap Upacara Menre Bola Baru (Naik Rumah Baru)
Tujuannya sebagai pemberitahuan tuan rumah kepada sanak keluarga dan tetangga sedesa bahwa rumahnya telah selesai dibangun, selain sebagai upacara doa selamat agar rumah baru itu diberi berkah oleh Tuhan dan dilindungi dari segala macam bencana. Perlengkapan upacara yang disiapkan adalah dua ekor ayam putih jantan dan betina, loka (utti) manurung, loka / otti (pisang) panasa (nangka), kaluku (kelapa), golla cella (gula merah), tebbu (tebu), panreng (nenas) yang sudah tua. Sebelum tuan rumah (suami isteri) naik ke rumah secara resmi, maka terlebih dahulu bahan bahan tersebut diatas disimpan di tempatnya masing – masing, yaitu : (1) Loka manurung, kaluku, golla cella, tebu, panreng dan panasa di tiang posi bola. (2) Loka manurung disimpan di masing–masing tiang sudut rumah.

Tuan rumah masing–masing membawa seekor ayam putih. Suami membawa ayam betina dan isteri membawa ayam jantan dengan dibimbing oleh seorang sanro bola atau orang tertua dari keluarga yang ahli tentang adat berkaitan dengan rumah. Sesampainya diatas rumah kedua ekor ayam itu dilepaskan, sebelum sampai setahun umur rumah itu, maka ayam tersebut belum boleh disembelih, karena dianggap sebagai penjaga rumah. Setelah peserta upacara hadir diatas rumah maka disuguhkanlah makanan–makanan / kue–kue seperti suwella, jompo–jompo, curu maddingki, lana–lana (bedda), konde–konde (umba–umba), sara semmu, doko–doko, lame–lame. Pada malam harinya diadakanlah pembacaan Kitab Barzanji oleh Imam Kampung, setelah tamu pada malam itu pulang semua, tuan rumah tidur di ruang depan. Besok malamnya barulah boleh pindah ke ruang tengah tempat yang memang disediakan untuknya.

Tahap Upacara Maccera Bola.

Setelah rumah itu berumur satu tahun maka diadakanlah lagi upacara yang disebut maccera bola. “Maccera Bola” artinya memberi darah kepada rumah itu dan merayakannya. Jadi sama dengan ulang tahun. Darah yang dipakai maccera ialah darah ayam yang sengaja dipotong untuk itu, pada waktu menyapukan darah pada tiang rumah dibacakan mantra, “Iyyapa uitta dara narekko dara manu”, artinya nantinya melihat darah bila itu darah ayam. Ini maksudnya agar rumah terhindar dari bahaya. Pelaku maccera bola ialah sanro (dukun) bola atau tukang rumah itu sendiri.

Posting By Bakri Supian
writter by Daeng Ayub Natuna
FaceBoker Friends 

Bikin Rumah Sesuaikan Bubungan,
Berkelakuan Sesuaikan Adat Resam Panutan.

Selasa, 08 Mei 2012

MENGENAL TANAMAN KAKAO DI INDONESIA




     Tanaman Kakao atau Cokelat dalam bahasa latinya disebut Theobroma Cacao L, merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko,  yang mulai di kenal di Indonesia sejak tahun 1560 dibawa oleh bangsa penjajah Belanda ketika mengusai Indonesia.  Bangsa Maya lah yang pertama kali ditemukan mengkonsumsi Kakao sebagai minuman berkasiat dengan mencampurkan beberapa bumbu sekitar 250-900 SM, bangsa Maya dan Astek di Meksiko tengah umumnya menganggap minuman kakao sebagai  minuman yang mempunyai kekuatan megis atau minuman para dewa yang dapat memberikan  kekuatan dan keberkahan dalam kehidupan.  Kakao mulai dikenal masyarakat Eropah pada tahun 1519 yang kemudian dibawa ke Indonesia,  setelah Raja Aztec yaitu Montezuma menawarkan minuman tersebut pada pengelana Spanyol Cortez dan tentaranya yang kemudian membawa tanaman tersebut ke Negaranya.

Syarat tumbuh
      Tanaman ini menyenangi lingkungan hidup hutan tropis dengan tingkat curah  hujan cukup antara 1300 mm/tahun hingga 3.000 mm/tahun dengan lamanya musim kemarau tidak lebih 3 bulan, daerah ketinggian antar10 – 800 meter dpl, suhu 18 o – 34 o C.  Memiliki tanah dengan kandungan Organik yang baik (minimal 2% pada lapisan atas), tekstur  tanah  yang baik  lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 % debu dan Ph 5,6 – 7,2.    Secara alami geografis penyebaran pertumbuhan Kakao berada pada posisi 20˚ LU dan 20˚ LS, dengan Geografis pertumbuhan Kakao yang ideal terletak  pada posisi  antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto dan Djamin, 1983).   Perkebunan Kakao yang baik dapat berfungsi sebagai Penyangga kelestarian Lingkunam.

Morfologi Tanaman Kakao.
      Termasuk  tanaman tahunan dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar at al., 1989).
Kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria), panjang dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Pada pertumbuhan 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis)  tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra) panjang 1 mm. Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap nutrient dari tanah. 
 
      Dari akar menjulang keatas tanah disebut Pokok bila dipotong vertikal Batang  terdiri dari kulit, lapisan lendiri tempat transportasi unsur hara dari akar ke daun dan bagian inti atau kayu (Xylem). Batang terdiri batang utama (pokok) dan Cabang Primer yang keluar dari pokok, letak yang ideal  cabang ini pada ketinggian 1 -  1,7 meter dari permukaan tanah kemudian dari Cabang ini keluar Cabang sekunder.  Pada  batang dan kedua cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989).

     Kakao mempunyai daun berwarna Hijau dengan bentuk lonjong lancip pada ujungnya, memiliki jari daun serupa sisir yang siksak, lebar daun mencapai 12 Cm dan panjang 25 Cm dengan permukaan daun halus/licin dan bawah agak kasar dan daun memiliki tangkai daun.
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter (Siregar et al., 1989).    Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder (Ginting, 1975).     Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah (Siregar et al., 1989).

      Panjangnya Buah Kakao sekitar 10 – 30 centimeter dengan tiga macam warna buah yaitu hijau muda sampai hijau tua  waktu muda dan saat masak menjadi  kuning, merah dan campuran merah dan hijau
.   Buah kakao termasuk buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 centimeter (Siregar et al., 1989).
Buah akan masak 5 – 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 centimeter disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt).   Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak pulp dan manis rasanya,   Pulp ini dapat menghambat perkecambahan biji dan karenanya jika pulp ini tidak dibuang segera maka didalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merusak  biji ( Suharjo dan Butar-butar, 1979).

Khasiatnya.                                                                                                                                       Sebagai anti-oksidan,  Kakao mentah  kaya Anti-oksidan membantu menjaga tubuh dari perkembangan kanker, dan sangat direkomendasikan untuk mengkonsumsinya. . Penunjang kesehatan sistem kardiovaskular dengan membersihkan pembuluh darah dari bahaya Lemak, Zat Flavanoid yang terkandung dalam Kakao  membantu mengurangi bekuan darah yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh otot jantung dan Flavonoid ini memperkuat aliran darah ke jantung.

     Menjaga kesehatan oral,  berupa mencegah kerusakan Gigi, Penyakit Gusi, mencegah Plak yang nempel banget di Gigi.  Tapi ini tidak akan efektip bila Cokelat yang anda makan mengandung Gula lebih banyak tap pilihlah Cokelat yang mengandung Kakao tinggi (65 %). 
Kesehatan  mental dan anti-depresan,  kandungan Theobromine, Kafein dan Anandanide akan membantu dalam pengendalian mental dan anti-depresan.    Di Zaman dulu khususnya pada suku Maya dan Aztec  Kakao digunakan sebagai minuman untuk meningkatkan keharmonisan hubungan suami istri.

     Perkembangan Kakao di Indonesia.  Budidaya Kakao pertama di Indonesia dimulai di Jawa pada tahun 1921 dan hingga kini luas areal Kakao mencapai 1.461.889 ha (data tahun 2007) yang didominasi perkebunan rakyat  92,34 % dengan produksi 779.186 ton sebagai penghasil Kakao kedua di dunia setelah Pantai Gading 1.380.000 ton.  Wilayah sebaran perkebunan Kakao tersebut Sulawesi (63,8 %), Sumatra (16,3 %), Jawa (5,3 %), Nusatenggara dan Bali (4,0 %), Kalimantan (3,6 %) dan Maluku dan Papua (7,1 %).  Jenis Kakao yang banyak dibudidayakan  adalah Kakao Criollo (Choiced cacao) dan Kakao Forastero (Bulk cacao).  Tingkat produksi 928 ton/ha/thn.
By Bakri Supian.                                                                                                                                          Refren  SinarTani2012

Permen Cokelat sedap rasanya,                                                                                      Onde-Mande Istri Setia Mat Jais pun bahagia.

Sabtu, 05 Mei 2012

FuNBike Alone di PerBatasaN, P Nunukan


 ByFarhaMTukirmaN

     Minggu  22 April 2012, Dengan  Sepeda BOXER yang baru di beli empat hari lalu di Kota Tarakan  meluncur memulai perjalanan mengelilingi P Nunukan, dimulai dari  Pelabuhan Nunukan terus ke Jalan Bandar  Udara selanjutnya mengikuti jalan Ring Road Nunukan dan terakhir finis di Alun-Alun Nunukan, total jarak yang ditempuh sekitar 60 km dengan waktu  5  jam 42  menit.   Ide Perjalanan ini sebenarnya tercetus dari Sahabat di SamaRinda seorang penggemar Bike yang menyarankan  ke Daerah Perbatasan  yaitu Pulau Nunukan untuk Bersepeda mengelilingi pulau tersebut yang katanya sangat menarik.
Pulau Nunukan terbagi atas dua Kecamatan sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten Nunukan dengan Jumlah Penduduk sekitar 51.000 jiwa dengan luas 1.443,59 km2, terletak pada koordinat 04o 10’ 00” LU  116o 42' 00"  BT di daerah perbatasan dengan Malaysia yaitu di apit P Sebatik dan Daratan Kalimantan Timur Bagian Utara (Kaltara).   Pulau Nunukan telah memiliki Ring Road meski belum beraspalnya semuanya dan sebagian besar daratannya merupakan areal Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura) serta lahan pedesaan dan Kota Kabupaten.
Untuk kisah Bersepeda seorang diri ini akan dibahas per etape :
     Jln.  Pelabuhan – Sei Sedadap, Rute ini terbilang yang paling menyenangkan karena perjalanan sejauh 12 km seratus persen beraspal dengan dua jalur dan cukup lebar dengan beberapa bukit yang tak terlalu tinggi tapi sempat satu kali membuat berjalan menjorong sepeda saat melewati Bukit di Bandar Udara Nunukan selanjutnya melalui pendakian tidak tinggi tapi panjang di sekitar Sport Hall SeiSelisun Nunukan, melewati beberapa Kantor Dinas, melewati kampong baru Selisun yang dihiasi Tanaman Salak.   Pada km 7  melewati Kantor DPR Kabupaten Nunukan yang megah, Rumah bupati, Kantor Perindustrian dll.
     SeiSedadap – SeiMamolok, Perjalanan melewati jalan beraspal dan tidak beraspal  berbanding 60 : 40 sehingga masih cukup ringan mesti lebih berat dari sebelumnya.   Singgah sebentar menyaksikan Pantai handalan Masyarakat Nunukan yang lagi ramai dan terlihat Pramuka Kemping yaitu Pantai Iching yang berdampingan dengan Pelabuhan Angkatan Laut,  setelah melewati dua pendakian cukup tinggi terlihat Bangunan Kantor Bupati Nunukan yang megah berlantai 5, masih pada jalan beraspal melewati lokasi jembatan Feri SeiJepun.   Memasuki Desa tanjung Harapan jalanan mulai dari tanah namun cukup lebar karena dalam tahap pekerjaan untuk paket Ring Road disini terlihat Nelayan Rumput laut menjemur panen mereka, Peternak sapi yang mengembala sapi  dan hamparan Sawah Pasang Surut sedang di Bajak,  demikian juga ketika Memasuki Dusun mamolo yang banyak dihuni oleh Suku Bugis terlihat pemandangan yang sama ditambah Hamparan hutan-hutan kecil yang tak produktip disisi jalan dan dari ketinggian hamparan laut Ambalat dapat terlihat.  Hal yang dapat saya simak meski tidak mengerti jalan di sini tapi tak menyulitkan karena jalan besar  Cuma satu jadi tak perlu banyak bertanya.
     SeiMamolo – SeiBanjar,  Sebelum meninggalkan SeiMamolo bertanya pada Petani kebun Buah karena ada tiga jalur dan Petani menunjukkan jalan belok kanan, Jalan disini mulai sulit meski masih lebar tapi hampir sepanjang jalan memiliki parit-parit yang menyiksak ditengah jalan yang terbentuk oleh aliran air saat hujan sehingga sering kaki harus membantu mengayuh, sepanjang perjalanan daerah ini diPenuhi oleh Kelapa Sawit yang berumur sekitar 3,4 thn karena terlihat mulai berbuah dan adanya bunga-bunga sawit dan tidak sulit untuk mengetahui pemiliknya karena setiap Blok terdapat papan Penanda Pemilik, pada beberapa sungai yang dilewati jalan hanya berjembatankan kayu yang disusun sebanyak 5 batang dan ditaburi tanah, kiri kanan masih ditemukan hutan kecil dengan kerapatan pohon yang jarang.   Tak lama  setelah Sungai Banjar  ditemukan Perkampungan Nelayan.
     SeiBanjar – SeiBinusan,  Pertama etape ini menyajikan Situ SeiBanjar yang berada diperbukitan dgn keluasan 2 ha,  Jalan masih mirip etape  sebelumnya dari tanah  kiri kanan masih dipenuhi Perkebunan Kelapa Sawit salah satunya milik Pengusaha Nunukan Bapak Haji Sabri, daerah ini juga ditutupi oleh kegiatan pertanian Hortikultural dan persawah untuk daerah Pantai ditemukan Empang yang cukup lumayan, menurut Petani yang sempat saya Tanya bahwa Petani disini banyak dari Suku Bugis, Tator  dari SulSel dan Suku Timor NTT,  ketika akan mengakhiri trip ini kita akan melihat Perkebunan buah Seperti Buah Ellai (Durian Kalimantan), Mangga, Langsat, Durian, Cempedak dan lain-lain.
     SeiBinusan – Alun-Alun kota,   Memasuki Desa Binusan setelah melewati sungai terlihat dengan rumah penduduk suku asli Nunukan yaitu Suku Tidung sepanjang jalan, penduduk disini hidup sebagai Nelayan sehingga tak heran disungai banyak terikat perahu dan sebagian sebagai Petani Sawah karena tak jauh dibelakang rumah mereka terhampar sawah yang cukup luas desa ini juga memiliki sebuah Pasar desa dekat Sungai Binusan dan sebuah Hutan kota dengan Air Terjunnya.   Setelah melewati hamparan Tambak  jalan yang dilewati telah beraspal dengan dua jalur pas didepan Kantor Kodim dan tak jauh dari situ terdapat RSUD Kabupaten Nunukan di SeiFatimah, dijalur ini meski beraspal tapi empat kali saya harus mendorong sepeda karena tanjakan yang cukup tinggi terutama tanjakan SeiBilal.

   Memasuki Jalan Bhayangkara perasaan mulai lega karena memasuk daerah kota Kabupaten yang ramai dengan deretan toko dan hotel (Hotel Murni dan Hotel Laura) sepanjang jalan.   Tepat Jam 12.45 sayapun telah berada di Alun-Alun kota Nunukan berbentuk segi empat (65 x 110 m) ditengahnya terdapat tugu dan kolam dikelingi palm, disekitar Alun-Alun terdapat Hotel Marvel, Hotel Marami, Hotel Fortuna, DMT Fashion, Bank BNI, Radio Devia fm, Puskesmas, Polres, Kantor Arsip Daerah, Toko2 dan lainnya.
Perjalanan yang cukup melelahkan ini saya tutup dengan Makan Coto Makassar dan Pulang kerumah sambil  berpikir untuk istirahat seharian kemudian Lusa akan Pulang ke Kota Meninggalkan Nunukan.  Bay bay bay.


Naik SepeDa jangan yang pakai Mesin,
Melihat Nunukan maka Kenal akan DaerAH PerBatasan.

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...