NusanTaRa.Com
Ke 10 ABK Tugboat Brahma yang dibebaskan dari penyanderaan Kel. Abu Sayyaf, berphoto di Gedung Kemenlu-Retno M |
Ungkapan selamat mengalir dari
beberapa kepala Negara sahabat kepada Presiden Jokowi sehubungan keberhasilan
Diplomasi Indonesia membebaskan 10 WNI yang disandera Kelompok Militan Abu
Sayyaf di Filipina selatan tanpa ada yang mati, tanpa ada pembayaran
tebusan, Tanpa ada operasional militer dan dalam waktu relatip
singkat. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
yang turut terlibat dalam operasi pembebsan ini mengatakan usaha ini
sebagai “ Diplomasi Total “
yaitu mengerahkan segala daya upaya untuk dapat mengembalikan para
Sandera WNI tersebut dalam keadaan selamat.
Penyanderaan terjadi saat ke 10 WNI tersebut dalam perjalanan dari Sungai Putin (Banjarmasin/Kalsel) 15/3/2016 menuju Batangas Filipina selatan bersama kapal Tugboat Brahma 12 dan Tongkang Anand 12 yang memuat 7.000 ton coal in bulk. “ Kapal yang masih berada diperairan Malaysia dekat Kep. Tawi-tawi Filippina 25 maret 2016 kedatangan 8 orang speed boat dikira petugas pengawas karena berseragam petugas Filippina tapi setelah diatas kapal mereka mengeluarkan Senjata seperti M14 dan M16 double body “, Ujar sidin Julian Philips Chief Officer Tugboat Brahma.
Menlu Retno L Marsudi menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menyelesaikan tugas ini, termasuk jaringan informal, yang diduga jaringan informal tersebut kalangan kelompok MNLF yang dulu berjuang untuk kemerdekaan Filipina Selatan sebagai Negara Islam dan sekarang telah menjadik daerah otonomi khusus, seperti Gubernur mindanao saat ini masih merupakan kemanakan dari Nur Misauri. “ Perlu disampaikan ini diplomasi total, bukan hanya Government to Government, tapi juga melibatkan jaringan-jaringan informal “ Ujar sidin Retno Marsudi.
“ Pihak pemilik kapal mengetahui terjadi pembajakan pada 26 Maret 2016, melalui telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf “ keterangan dari Kemenlu. Reza atasan PT. Patria Maritime Line cabang Banjarmasin telah menerima telopon dua kali yang mengatakaan bahwa anakbuah mereka di tawan dan meminta tebusan untuk pembebasan 10 ABK sebesar 50 juta Peso atau Rp 14,2 milliar. Meski perusahaan telah menyediakan tebusan tapi pemerintah melalui Kemenlu sebelumnya mengungkapkan bahwa dalam pembebasan ini diusahakan tidak menggunakan uang, tapi mengutamakan diplomasi dengan pemerintah Filippina, jaringan Informal atau militer.
Penyanderaan terjadi saat ke 10 WNI tersebut dalam perjalanan dari Sungai Putin (Banjarmasin/Kalsel) 15/3/2016 menuju Batangas Filipina selatan bersama kapal Tugboat Brahma 12 dan Tongkang Anand 12 yang memuat 7.000 ton coal in bulk. “ Kapal yang masih berada diperairan Malaysia dekat Kep. Tawi-tawi Filippina 25 maret 2016 kedatangan 8 orang speed boat dikira petugas pengawas karena berseragam petugas Filippina tapi setelah diatas kapal mereka mengeluarkan Senjata seperti M14 dan M16 double body “, Ujar sidin Julian Philips Chief Officer Tugboat Brahma.
Menlu Retno L Marsudi menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menyelesaikan tugas ini, termasuk jaringan informal, yang diduga jaringan informal tersebut kalangan kelompok MNLF yang dulu berjuang untuk kemerdekaan Filipina Selatan sebagai Negara Islam dan sekarang telah menjadik daerah otonomi khusus, seperti Gubernur mindanao saat ini masih merupakan kemanakan dari Nur Misauri. “ Perlu disampaikan ini diplomasi total, bukan hanya Government to Government, tapi juga melibatkan jaringan-jaringan informal “ Ujar sidin Retno Marsudi.
“ Pihak pemilik kapal mengetahui terjadi pembajakan pada 26 Maret 2016, melalui telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf “ keterangan dari Kemenlu. Reza atasan PT. Patria Maritime Line cabang Banjarmasin telah menerima telopon dua kali yang mengatakaan bahwa anakbuah mereka di tawan dan meminta tebusan untuk pembebasan 10 ABK sebesar 50 juta Peso atau Rp 14,2 milliar. Meski perusahaan telah menyediakan tebusan tapi pemerintah melalui Kemenlu sebelumnya mengungkapkan bahwa dalam pembebasan ini diusahakan tidak menggunakan uang, tapi mengutamakan diplomasi dengan pemerintah Filippina, jaringan Informal atau militer.
Presiden Joko Widodo memastikan 10
WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf telah dibebaskan menurutnya semua itu
hasil kerja sama dengan berbagai pihak terutama pemerintah Filipina, “ Banyak pihak telah bekerja sama membantu,
baik formal maupun non formal. Ucap
terima kasih juga saya sampaikan kepada pemerintah Filipina “, Ujar sidin Jokowi
di Istana Bogor minggu 1 Mei 2016.
Panglima TNI Jenderal Gatot
Nurmantyo didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menjelaskan, “ Jokowi
menegaskan masih tetap mengupayakan pembebasan empat WNI lain yang disandera
serta keamanan di perbatasan laut dan sekitarnya penting sehingga 5 Mei 2016
ada pertemuan Indonesia, Malaysia dan Filipina “.
Pengamat Mat Jais mengatakan perairan
di antara Indonesia, Malaysia dan Filipina kedepan ada
kecenderungan akan menjadi seperti perairan Somalia dengan tingkat Perampok
laut yang tinggi sehingga perlu kerja sama yang lebih baik untuk menangani kawasan tersebut, ini termasuk hal yang akan dibahas ketiga
kepala Negara pada 05 Mei 2016. Tugboat Henry dan tongkang Christy dengan 10
ABK milik PT. Global Trabs Energy Tarakan Kalimantan Utara menjadi korban
pembajakan jilid II pada 12 April 2016 sekitar 15 mil dari kota Tawau Malaysia, ketika
dalam perjalanan dari Cebu, Filipina Selatan ke Tarakan. Ketika Pembajakan Patroli perairan Malaysia mengetahui kemudian mendekat, pihak pembajak lari kearah Timur dengan membawa 4 sandera, kapal bersama 6 ABK lainnya digiring Keamanan Malaysia kemudian di pulangkan ke Tarakan.
Tugboat Henry yang dibajak pada 12
April bersandar di Lantamal XIII Tarakan pada
23 April 2016 bersama 5 ABKnya, kedatangan Tugboat tersebut disambut KRI-Badau
dan KRI-Slamet Riyadi 352 yang telah stand by diperairan perbatasan. Ke lima ABK turut kembali Yohanis Serang, Sembara
Oktavian, Rohaidi, Royke Frans Montolalu dan Rumawi. Lambas Simanungkalit ABK Henry yang
mengalami luka tembak di bagian ketiak tembus dada masih dalam perawatan intensif dirumah
sakit Tawau, menunggu pemulihan untuk segera kembali ko Tarakan. Ke 4 BK yang masih disandera M Ariyantto Misnan nahkoda, Loren MP Rumawi, Dede Irfan Hilmi dan Syamsir.
Syahrul manajer PT. Global Trans Energi, saat ini belum mengetahui nasib ke 4 ABK nya yang masih tersandera karena belum dapat info terbaru dari Kementerian Luar Negeri serta pihak Kelompok Abu Sayyaf sebagai pembajak juga belum menghubungi untuk memberitahu apa keinginan mereka. Pihak keluarga yang tersandera mencemaskan keadaan mereka seperti keluarga Syamsir di Tarakan " Kami sekeluarga mencemaskan keadaannya semoga cepat kembali dan Kamipun telah mengabarkan Keluarga di Palopo Sulsel ".
Syahrul manajer PT. Global Trans Energi, saat ini belum mengetahui nasib ke 4 ABK nya yang masih tersandera karena belum dapat info terbaru dari Kementerian Luar Negeri serta pihak Kelompok Abu Sayyaf sebagai pembajak juga belum menghubungi untuk memberitahu apa keinginan mereka. Pihak keluarga yang tersandera mencemaskan keadaan mereka seperti keluarga Syamsir di Tarakan " Kami sekeluarga mencemaskan keadaannya semoga cepat kembali dan Kamipun telah mengabarkan Keluarga di Palopo Sulsel ".
byBakriSupian
Hang Tuah pemberani pembasmi bajak laut,
Diplomasi Total membebaskan sandera tanpa maut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar