Mungkin ada baiknya anda menyisihkan sedikit waktu untuk datang mengunjungi daerah Flores pada bulan Mei bertepatan dengan penyelenggaraan tahunan " Festival BALEO " tepatnya ke desa Lamalera
di Kabupaten Lambata, NTT, di sana anda akan dapat menyaksikan tradisi berburu paus yang melintas di Laut Sawu oleh warga Lamalera, yang merupakan tradisi turun temurun sejak abad ke-16 sesuai dengan manuskrip Portugis, saat itu di P Lembata ada 15 keluarga Lamalera yang melakukan tradisi ini lengkap dengan Rumah Adat, Rumah Perahu (Najeng) dan tali penangkap Paus (Tale leo).
Desa
Lamalera sebuah desa nelayan kecil yang terletak di pesisir pantai selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggata Timur. Selain sebagai nelayan yang bergantung pada usaha penangkapan ikan di laut sebagai mata pencaharian, penduduk di
desa ini juga memiliki tradisi unik yang membutuhkan keberanian mencabar maut dan hanya dilaksanakan pada bulan tertentu, yaitu berburu Paus mahluk mamalia air (cetacean) terbesar dilautan. Jenis paus yang
diburu pun bukan sembarang hanya Sperm Whales (Physeter
macrocephalus) dan Pilot Whales ( Globicephala macrorhynchus dan Globicephala males ), khusus untuk Paus Biru, Blue Whales (Balaenoptera musculus) nelayan Lamalera tidak memburunya,
karena masuk dalam manuskrip adat yang melarang penangkapan jenis Paus Biru yang dianggap sebagai penyelamat leluhur warga Lamalera. Selain
itu, Paus Biru juga merupakan paus langka dan dilindungi telah masuk dalam kawasan Conservasi taman laut Lamalera.
Penasaran
dengan tradisi ini? Anda bisa datang saat musim perburuan Paus (kotoklema bhs lamalera) yang biasanya
jatuh antara bulan Mei-Oktober. Saat itu, laut sangat tenang dan gerombolan paus banyak yang melintasi peran mereka sebagai salah satu destinasi lingkaran habitat hidupnya, sehingga saat itu akan sangat memudahkan bagi
warga untuk berburu Paus.
Mungkin anda membayangkan perburuan ini menggunakan kapal besar dan senapan Paus yang moderen sebagai mana perburuan Paus di Laut Bering " Ituloh dekat negara Alaska USA ", anda salah perkiraan karena perburuan ini sangat tradisional jadi bergantung pada keberanian dan penguasaan alam disekitar. Karena hanya bermodalkan perahu kayu yang kecil (Paledang bhs Lamalera) dengan seorang didepan perahu yang gagah pemberani memegang Tombak Bambu (tempuling bhs lamalera) yang berujung besi Tajam yang akan melompat kearah Paus dilaut, bila sang juru mudi yang lihai berhasil mendekatkan perahunya ke Paus dan lalu ia menghunjamkan tombaknya ke tubuh Paus, ini bisa terjadi 3 - 6 kali.
Sebagai suatu kegiatan tradisional sebagai mana di daerah lain di Indonesia yang mempunyai makna transendental dengan kekuatan mistik atau yang kuasa, maka kegiatan ini sebelumnya dimulai dengan kegiatan ritual, yang pada dasarnya untuk memohon berkah, keselamatan dan kemudahan dari yang menguasai laut. Pada
tanggal 28 atau 29 April, biasanya Suku Wujon di Lamalera yang tinggal di atas
gunung akan turun ke pantai dan berdoa memanggil Paus sebelum perburuan di mulai.
Ritual tidak
sampai di situ, pada tanggal 30 dan 31 April semua masyarakat Lamalera akan
berdoa untuk keselamatan nelayan yang akan berangkat ke laut. Karena kebanyakan
masyarakat Lamalera menganut agaman Kristenn doa pun dilakukan sesuai agama
Kristen, seorang pemimpin adat atau agma akan berdiri di depan mimbar yang telah disediakan di
pantai untuk memimpin acara ritual berdoa tersebut.
Keesokan
harinya pada 1 Mei akan banyak perahu yang berbaris dipantai untu berburu Paus biasanya sebanyak 20 kapal atau perahu, jumlah 20 perahu
tersebut menandakan jumlah suku yang ada di Lamalera, tapi dari 20 perahu
hanya satu yang diperbolehkan untuk berlayar pada hari pertama. Perahu tersebut
adalah perahu Paraso Sapang yang menandakan suku tertua di Lamalera.
Apabila
Paraso Sapang berhasil menemukan paus, 19 kapal yang lain baru diperbolehkan
keluar dan membantu Paraso Sapang untuk berburu paus. Namun apabila Paraso
Sapang tidak berhasil menemukan paus, maka pencaharian dilanjutkan pada
keesokan harinya bersama 19 perahu lainnya.
Perahu atau Paledang pemburu Paus biasanya akan memuat krue sebanyak 9 orang dengan 3 pembagian tugas penting yaitu, Lamuri sebagai pemegang kendali perahu atau juru mudi dan biasa merangkap pimpinan 1 orang, Matros krue paledang yang akan mendayung dan kegiatan pendukung lain sebanyak 7 orang dan Lamafa adalah jabatan terpenting di dalam perburuan Paus seorang yang
berdiri di ujung kapal dan akan menombak Paus 1 orang.
Hasil buruan Paus tersebut setiap tahunnya sangat tidak menentu atau fluktuatip, menurut sebagian pakar ikan Paus di daerah itu sangat dipengaruhi Meteorologis seperti cuaca dan kondisi perairan dan Peta Populasi Paus itu sendiri yang melewati perairan Laut Sawu, fluktuasi hasil tangkapan tersebut berkisar 4 - 56 ekor menurut informasi masyarakat di daerah itu hasil terbesar tersebut di capa pada tahun 1969.
Hasil buruan Paus tersebut setiap tahunnya sangat tidak menentu atau fluktuatip, menurut sebagian pakar ikan Paus di daerah itu sangat dipengaruhi Meteorologis seperti cuaca dan kondisi perairan dan Peta Populasi Paus itu sendiri yang melewati perairan Laut Sawu, fluktuasi hasil tangkapan tersebut berkisar 4 - 56 ekor menurut informasi masyarakat di daerah itu hasil terbesar tersebut di capa pada tahun 1969.
Hasil buruan tersebut akan ditarik kepantai untuk di potong menjadi Daging, Tulang, Kulit dan Darah/minyaknya yang pertama mendapat bagian adalah para pemburu tersebut, Kepala suku dan tetua adat dan seluruh masyarakat yang ada dipantai saat itu, aturan pembagian semua telah ditentukan secara adat. Ikan tersebut dimakan, diawetkan, diasapkan dan dikeringkan dapat bertahan hingga satu tahun atau dibarter dengan kebutuhan lain.
Kegiatan tahunan masyarakat Lamalera inipun telah dijadikan satu kalender wisata daerah dengan nama Festival " BALEO " yang secara rutin diselenggarakan oleh daerah dengan pestifal berburu Paus disertai kegiatan lain yang terkait dengan masyarakat Lamalera dilaksnakan dengan meriah dengan harapan dapat melestarikan budaya dan Cinta akan adat daerah serta menarik wisatawan manca negara untuk datang berkunjung.
by BakriSupian
Refrensi dr berbagai tulisan
Paus melintasi samudera untuk sampai di Laut Sawu,
Kehidupan merenangi berbagai ragam pase bak sebuah Menu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar