Nitrogen
merupakan unsur hara dalam tanah yang sangat diperlukan dalam pertanian
khususnya bagi pertumbuhan tanaman.
Sumber utama Nitrogen bebas (N2) berasal dari Atmospir bumi sekitar
78 % yang terfiksasi oleh air atau proses lain menjadi kandungan Hara
tanah seperti senyawa Nitrat, Amonium,
Amin dan Sianida, pengolahan tanah merupakan salah satu proses lain pengayaan akan
unsur tersebut. Nitrogen
yang diserap tanaman biasanya dalam bentuk NO3- dan NH4+
berkisar 30 – 45 % kandungan
Nitrogen dalam tanah selebihnya akan hilang tergerus air atau denitripikasi.
Dalam
kegiatan sehari - hari peran nitrogen pada tumbuh – tumbuhan berhubungan dengan
aktivitas fotosintesis dalam hal ini pembentukan protein, Protoplasma,
kloroplas dan enzim, secara langsung atau tidak Nitrogen sangat
penting dalam proses metabolism dan respirasi. Sehingga Nitrogen pada tanaman berfungsi
sebagai, (1) meningkatkan pertumbuhan
tanaman, (2)meningkatkan kadar protein
dalam tanah, (3) meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan
rerumputan ternak, (4)meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah,
(5) berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman. Kebutuhan tanaman akan Nitrogen sangat
terukur sesuai dengan kebutuhan sehingga kelebihan nitrogen dapat berdampak
negatif pada tanaman, seperti : (1) Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah
dan vegetative, (2) Kurang menghasilkan biji dan
biji-bijian, (3) Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian, (4)
Mengasamkan atau menurunkan PH tanah yang akan merugikan karena akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan
sulit diserap tanaman.
Strategi
Pengelolaan pupuk N (Nitrogen) dalam hal ini tentunya menjadi sangat penting
dalam mencapai pemupukan N yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman, sehingga berdampak pada
pengurangan kehilangan Nitrogen dan
dapat meningkatkan serapan tanaman akan kebutuhan N tersebut. Untuk menciptakan kondisi pengelolaan
tersebut dibutuhkan satu teknologi yang mampu menerapkan penggunaan N yang
sesuai salah satunya dengan
menggunakan Teknologi Bagan Warna Daun (BWD).
Teknologi
BWD (Bagan Warna Daun) suatu cara penggunaan sejenis alat yang memiliki enam (6) skala/nilai warna sebagai pembanding pada tanaman
yang akan diberikan pupuk atau perlakuan lain mulai dari warna hijau
kekuning – kuningan sampai warna Hijau gelap yang secara tidak langsung dapat
memberikan gambaran kandungan Klorofil daun dan status Nitrogen dalam
tanaman, sehingga dengan mudah petani
dapat menentukan kapan dan seberapa besar
pemberian pupuk Nitrogen tersebut bagi tanamannya.
Agar
pemberian pupuk jadi efektip dan efisien
tentunya kita harus mengetahui kebutuhan
tanaman akan unsur tersebut dan ketersedian unsur tersebut dalam tanah,
dimana indicator warna tingkat kehijauan daun tanaman (seperti Padi)
dapat menjadi ukurannya. Cara
menentukan aplikasi pupuk N dengan menggunakan Tehnologi BWD dapat dilakukan
dengan dua cara :
1.
BWD Waktu
tetap, yaitu Waktu pemupukan ditetapkan dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan
tanaman (semisal padi) antara lain fase
saat anakan aktip dan pembentukan malai atau saat primordial. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang
pemupukan kedua (Padi, anakan aktip 23-28 HST) dan pemupukan ketiga (tahap primodial, 38-42 HST) sehingga dosis
pupuk yang digunakan jadi kurang. Jika
bacaan skala warna berada dibawah nilai kritis (<4) maka dosisi pemupukan
yang digunakan dinaikkan sekitar 25 % dari jumlah yang sudah ditetapkan namun
demikian juga sebaliknya jika bacaan skala di atas nilai kritis (>4) maka
dosis pupuk N yang diberikan dikurangi 25 % dari yang telah ditetapkan.
2.
BWD Sebenarnya,
yaitu penggunaan BWD dimulai ketika tanaman Padi 14 HST kemudian secara
periodic diulangi 7-10 hari sekali sampai diketahui nilai kritis saat pupuk N
harus diaplikasikan. Tanaman padi 14
hari sebelum Pindah telah diberikan
pupuk dasar N dengan takaran 50 – 70 kg Urea per hektar, saat ini belum
dibutuhkan pengukuran dengan BWD nanti saat berumur 25 – 28 HST baru dimulai
dengan pengulangan setiap 7 – 10 hari
sekali sampai tanaman dalam kondisi bunting atau Fase Primodial. Untuk padi Hibrida dan Padi tipe baru
pengukuran tingkat kehijauan dilakukan samapai tanaman sudah berbunga sejumlah
10 %.
Pembacaan BWD, Secara acak ambil 10 tanaman
sehat pada hamparan yang seragam
atau satu wilayah pengelolaan , pilih daun teratas yang telah membuka penuh
pada satu rumpun, letakkan bagian tengah
daun tersebut diatas BWD, kemudian bandingkan warna daun tersebut dengan warna
skala pada BWD. Jika warna daun berada diantara dua skala
warna gunakan nilai rata-rata diantara nilai dua skala tersebut. Saat pengukuran tidak dianjurkan menghadap
matahari karena akan mempengaruhi nilai pengukuran.
Jika nilai skala BWD rata-rata diperoleh dari 5 daun Padi berada dibawah 4 atau nilai kritis
dari 10 daun Padi yang diamati, maka tanaman perlu diberi pupk N segera dengan dosis
sebagai berikut, a). 50 – 70 kg urea per
hektar pada musim hasil rendah. b). 75 – 100 kg urea per hektar pada musim hasil tinggi dan c).
100 kg urea per hektar pada Padi hibrida dan Padi tipe baru baik pada
musim hasil rendah maupun musim hasil tinggi.
Bagaimana
penggunaan BWD untuk pemberian pupuk N
pada tanaman lain selain Padi seperti Jagung dan lain-lain ?. Tentunya aplikasi BWD tersebut kurang lebih sama, tinggal menyesuaikan dengan
benar kadar kebutuhan Unsur N tanaman tersebut
disetiap tahapannya dan fase yang perlu diamati dari setiap tanaman yang
membutuhkan aplikasi pupuk N. Namun
kita perlu mendapatkan kebutuhan dosis yang tepat buat pupuk
N yang dibutuhkan pada setiap skala BWD tersebut untuk jenis setiap setiap jenis
tanaman Jagung dan lainnya yang akan menggunakan BWD
yang kemungkinannya akan berbeda.
By
BakriSupian
Resensi,
ekstensia edisi 8, 2013.
Kehijauan
daun tanaman menggembirakan Petani,
Penggunaan
tehnologi dan bibit berkualitas menghasilkan produksi tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar