Jakarta kebanjiran, di
Bogor angin ngamuk
Gubuk ane kebakaran
gara-gara kompor meletuk
……………………………..
Rumah ane kebanjiran
gara-gara got mampet ……
Merupakan sair lagu dari
Artis awal 70an " Benyamin Suaib " memberikan kesan bahwa Jakarta
mengalami problem banjir saat
itu.
Banjir pada dasarnya merupakan suatu kejadian alam dimana debit
air melimpah dan menggenangi suatu area dengan volume besar tanpa mampu
dialirkan dengan baik kemuara bisa disebabkan turunnya hujan yang lebat atau
karena adanya penampungan atau dam yang bobol, biasanya untuk daerah yang
berada di Pinggir pantai banjir dapat terjadi meski hujan tidak terlalu besar
tapi bertepatan dengan terjadinya Pasang yang sangat besar.
Problem Banjir hampir
terjadi disemua Kota di muka bumi terutama yang memiliki sungai besar dan
berada pada dataran rendah. Hampir semua Kota dimuka Bumi terutama di
Indonesia dengan curah hujan cukup tinggi mengalami banjir bahkan ada yang
telah menjadi agenda tahunan dan setiap kota pasti memiliki kegiatan untuk
mengatasi problem banjir namun belum ada yang mampu mengatasinya dengan baik
yang ada hanya mengurangi efek dari bencana tersebut. Jakarta yang terkenal sebagai kota
metropolitan di Nusantara tidak terlepas dari problem ini mulai sejak bernama
Batavia hingga sekarang banjir masih
saja menjadi bencana tahunan bagi warganya bahkan bisa sampai tiga kali
setahun. Meski setiap pemilihan kepala
Daerah DKI setiap Cagub-Cawagub selalu
melontarkan program akan menangani Banjir sampai tuntas namun nyatanya begitu berakhir masa jabatannya Banjir masih menjadi Komsumsi politik bagi setiap
Cagub-Wacagub berikutnya.
Hary Tirto (Kasubid Informasi Meteorologi) menjelaskan tanah di
Jakarta akan menjadi jenuh oleh hujan
lebat yang turun selama 2-3 jam utamanya di bulan-bulan sekarang, sehingga hujan beberapa jam
pun akan menimbulkan genangan air dipermukaan tanah dan tanah ini juga harus
menanggung luapan air dari sungai dan saluran-saluran air yang ada di
Jakarta. Ketidak mampuan sungai dan saluran air yang ada di
Jakarta mengalirkan air dengan tepat karena kapasitas belum seimbang dengan
volume air yang ada, seperti Kali Ciliwung hilir, Angke, Pasanggraham dan krukut
serta saluran yang ada hanya mampu mengalirkan air sebesar 39 % dari volume
yang ada (Badan Nasional Penanggulangan Boncana).
Ketidak mampuan sungai mengalirkan debit air yang memasuki Kota Jakarta
karena luasan yang kurang bisa disebabkan
oleh penyempitan atau pendangkalan serta kondisi ekologi di hulu yang berfungsi
sebagai daerah resapan juga sudah rusak. Fungsi kawasan resapan di daerah hulu seperti Daerah Puncak yang memiliki laju
pembangunan cukup tinggi telah berkurang sebesar 50 % di banding 15 tahun lalu ungkap Prof.
Euis Sunarti.
Puncak Banjir di Jakarta dapat diukur dari tingginya tingkat kandungan tanah
yang terbawa air utamanya dari hulu yang masuk kesungai saat hujan. Faktor lain penyebab banjir di Jakarta adanya
kecenderungan penurunan muka tanah sebagai akibat tekanan beban muka bumi dan
eksploitasi air tanah yang berlebihan, penurunan permukaan tanah yang mencapai
10 sentimeter per tahun jelas mampu menciptakan cekungan penampungan air
sementara seperti di Jakbar dan Jakut.
Faktor penyebab banjir akan lebih besar
lagi terutama dimasa depan bila hujan bertepatan dengan Pasang besar di awal
tahun, Penanganan Sampah atau kebersihan saluran air yang jelek, serta Penyedian
Ruang terbuka Hijau di Jakarta tidak memenuhi syarat minimum 30 % dari
luasan kawasan kota yang ada sekarang hanya 12 % saja dan gejala Global Warming yang berdampak pada pencairan Es di kutub sehingga peningkatan paras air setiap tahun hingga 10 Cm.
Benyamin S menyanyikan lagu Jakarta
kebanjiran,
Pembangunan berwawasan Lingkungan
wajib kita amalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar