NusanTaRa.Com
byBakri Supian
Warga Indonesia Nenek Moyang MadaGascar
byBakri Supian
Warga Indonesia Nenek Moyang MadaGascar
Kata orang nenek moyang kita merupakan pelaut ulung banyak juga benarnya selain ditemukannya berbagai bukti kejayaan Pelaut Nusantara di era Kerajaan Sriwijaya, MajaPahit dan kerajaan lain di Nusantara serta beberapa bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Pelaut Nusantara telah mencapai kawasan Indo-China, Madagaskar dan Cape Town di South Africa.
Kegemaran melaut yang berdampak banyaknya menyinggahi daerah pelabuhan itu tidak saja menjadi kegiatan Transportasi biasa tapi berdampak pada terbentuknya satu pemukiman baru atau penyebaran penduduk khususnya di daerah kepelabuhanan dan berlangsung lama hingga kini sudah menjadi penduduk pribumi. Seperti yang terjadi di Madagaskar sebuah pulau yang terletak sekitar 8.400 km dari Indonesia tepatnya sebelah tenggara dari Benua Afrika. Hal ini disimpulkan berdasarkan sebuah penelitian yang dipimpin oleh Murray Cox seorang ahli Biologi Molekuller Unversity Selandia Baru.
Penelitian ini memfokuskan pada beberapa elemen masyarakat yang ada di Madagaskar sebagai pusat kajian seperti DNA (mitokondria), Fisisk masyarakat, Dialek Bahasa, Peralatan dan beberapa budaya yang masih ada dan tumbuh disana. Penelitian ini menggunakan 266 warga asli Madagaskar dari 3 desa/kelompok etnis, Pada penelitian DNA yang di amati Kromoson Y bawaan dari ibu, ditemukan bahwa 30 persen memiliki variant Gen Polinesia yang bukan dari Indonesia Barat dan lebih lanjut penelitian ini memperkirakan bahwa semua Gen ini berasal dari 30 wanita sumber Gen tersebut selebihnya dari Gen pihak pria diperkirakan ada 7 persen serta menyimpulkan kalau Gen ini kecil kemungkinannya diturunkan dari Warga Afrika.
Dari sisi bahasa dialek ini memiliki kemiripan dengan bahasa yang ada di Nusantara 93 persen seperti dialek Melayu, Sunda, Jawa terutama dari Bahasa Dayak Manyaan yang bermukim di Sungai Barito yaitu Kalimantan Selatan. Pisik masyarakat tersebut dari Kulit, Rambut dan bentuk tubuh lebih mirip Indonesia dari pada Afrika. Simulasi komputer atas perkampungan dan beberapa peralatan hidup mereka seperti Perahu Bercadik dan Rumah disimpulkan bahwa lebih mirip ke warga Indonesia bahkan dapat disimpulkan bahwa keberadaan mereka disana mulai sejak 830 tahun yang lalu, Beberapa bahan makanan keseharian merekapun mirip dengan warga Nusantara seperti Talas dan Ubi Jalar yang sangat sulit untuk ditemukan di daratan Afrika.
Dari sisi bahasa dialek ini memiliki kemiripan dengan bahasa yang ada di Nusantara 93 persen seperti dialek Melayu, Sunda, Jawa terutama dari Bahasa Dayak Manyaan yang bermukim di Sungai Barito yaitu Kalimantan Selatan. Pisik masyarakat tersebut dari Kulit, Rambut dan bentuk tubuh lebih mirip Indonesia dari pada Afrika. Simulasi komputer atas perkampungan dan beberapa peralatan hidup mereka seperti Perahu Bercadik dan Rumah disimpulkan bahwa lebih mirip ke warga Indonesia bahkan dapat disimpulkan bahwa keberadaan mereka disana mulai sejak 830 tahun yang lalu, Beberapa bahan makanan keseharian merekapun mirip dengan warga Nusantara seperti Talas dan Ubi Jalar yang sangat sulit untuk ditemukan di daratan Afrika.
Namun yang jadi perdebatan adalah bagaimana mereka bisa sampai di Sana ?, sebagian beranggapan bahwa ketibaan mereka terjadi pada saat kejayaan Pelayaran Nusantara dengan Armada Niaga dan Armada Perang di Zaman Kerajaan Sriwijaya dan MajaPahit, karena di wilayah mereka terdesak oleh tekanan perluasan wilayah kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagian juga beranggapan bahwa ketibaan bangsa Nusantara disana lebih disebabkan oleh faktor kebetulan yaitu terhanyut karena pola arus yang ada di Samudra Indonesia yang mengalir di Mulai dari Pantai Selatan Sumatra ke arah madagaskar hal ini sangat memungkinkan, seperti ditemukannya sebuah kapal kandas di Madagaskar yang diperkirakan di Bom Jepang sangat menguasai Indonesia.
Keberadaan Masyarakat Madagaskar sebenarnya telah dikisahkan dalam beberapa Penjelajah laut baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Pelaut Bugis di tahun 1700 an ketika berlayar ke Cape Town saat Pahlawan Makassar Syeih Yusup ketika itu beliau ditahan dan di akamkan disana, mereka menceritakan menemukan warga asli di Madagaskar dan Cape Town yang mirip bangsa Melayu dan demikian juga Pelaut Eropah yang tiba di Selat Malakapun banyak mengkisahkan seperti ini.
Menurut kisah rakyat Madagaskar Nenek Moyang mereka naik perahu Cadik ke Samudra Indonesia kemudian hanyut dan menetap di Madagaskar sedang menurut OC Dahl seorang sejarawan bahwa bangsa Melayu Austronesia telah hadir di Madagaskar sejak tahun 696 SM berdasarkan penemuan Kota Batu Kapur yang memiliki relief tulisan mirip Suku Manyaan yang kemudian mendirikan kerajaan Marina yang diruntuhkan Francis pada abad 19.
Menurut kisah rakyat Madagaskar Nenek Moyang mereka naik perahu Cadik ke Samudra Indonesia kemudian hanyut dan menetap di Madagaskar sedang menurut OC Dahl seorang sejarawan bahwa bangsa Melayu Austronesia telah hadir di Madagaskar sejak tahun 696 SM berdasarkan penemuan Kota Batu Kapur yang memiliki relief tulisan mirip Suku Manyaan yang kemudian mendirikan kerajaan Marina yang diruntuhkan Francis pada abad 19.
Refrensi, AFP, Rabu, 21 maret 2012
Warna berubah karena Terik,
Resam Budaya tak boleh Terbalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar