Tanah Toraja daerah yang berada di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 1.300 m dpl, kaya dengan peninggalan adat budaya daerah yang masih termasuk rumpun budaya Austronesia yang mereka pertahankan dalam kehidupan keseharian hingga sekarang dan amalan kegiatan-kegiatan ritual itulah sekarang yang penjadi pesona penarik wisatawan datang berkunjung. Berjarak sekitar 350 km dari kota Makassar di Bagian uatara Provinsi Sulawesi selatan terbagi dalam dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tator Ibu kotanya Makale dan Kabupaten Tator Utara Ibukotanya RantePao yang terbentuk berdasarkan UU No. 28 Tahun 2008 dengan total penduduk sekitar 460.000 jiwa.
Tulisan ini akan membuat gambaran tentang Tator dalam kunjunganku selama 2 hari pada oktober 2011 dan beberapa kisah daerah ini, kunjungan ke Kota Makale kali ini merupakan kunjungan ke tiga kalinya sedang yang pertama saat masih Kuliah di Kota Makassar dan kedua ketika mendampingi Peserta Pelatihan Guru Sekolah menengah Bidang Perikanan. Hal2 yang menarik dari Tator :
Tongkonan
Merupakan Rumah adat Tator yang terbuat dari kayu dan bamboo yang dapat berpunsi sebagai rumah tinggal, lumbung pangan dan gudang dan atap bangunan berbentuk melengkung yang terbuat dari bamboo atau jerami yang tersusun sangat tebal, rapi dan indah. Bentuk dan fungsi bangunan Tongkonan sangat ditentukan oleh derajat yang memiliki bangunan tersebut kalau pemilik dari keturunan Raja maka tongkonan tersebut akan dibangun lebih mewah. Begitu tingginya nilai spiritual tongkonan bagi masyarakat Tator sehingga dimanapun mereka berada akan ditemukan duplikat bangunan baik sebagai bagian dari rumah mereka atau rumah kuburan.
Sebuah perkampungan adat yang di dalamnya terdapat komplek rumah adat yang kita temukan saat memasuki kawasan ini dan dibelakangnya terdapat makam leluhur masyarakat tator sejak zaman dahulu di dalam gua dan berjejer disepanjang lereng ketika menaiki setinggi 150 meter baik yang tersimpan dalam peti mayat maupun yang berserakan, sehingga anda dapat berphoto sambil memegang tengkorak mayat. Tempat ini sering di jadikan tempat pelaksanaan Rambu Solok (Acara orang mati/pengkebumian mayat). Dibagian depan tempat ini tersedia tempat Parkir dan Los penjualan cinderamatan dan penganan.
L e m o
Merupakan sebuah komplek pemakaman yang berada di tebing gunung curam (90 o) dari bawah akan terlihat pada setiap kuburan hiasan boneka sebutannya Tau – tau terbuat dari kayu atau bamboo dengan mengenakan baju yang menggambarkan semangat dari simayat. Bagi masyarakat di sana Komplek mayat ini disebut sebagai rumah para arwah. Kompleks pemakaman ini juga menampakkan gambaran perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Jika bernasib baik kita dapat menyaksikan upaca ra Ma’ Nene yaitu acara penggantian pakaian dari mayat-mayat.
Sebuah desa yang sangat indah yang menggambarkan kehidupan keseharian mereka yang berbalut adat dan kehidupan utama sebagai petani sehingga sepanjang jalan akan terlihat kesibukan disawah dan kebun, sesekali kita akan bertemu dara manis yang memanggul Bakul gendong di belakangnya dengan topi lebar dari daun pandan. Waktu itu Pas hari Pasar jadi dapat melihat kesibukan dilos pasar sederhana hingga yang menggelar jualannya di tanah yang beralas tikar. Di desa ini terdapat PATANE yaitu kuburan yang berhiaskan rumah Tongkonan dan beberapa kuburan tua di atas bukit
Kota Makale
Setelah melewati Salu Barani yang merupakan watas Kab. Tator yang ditandai Gapura Rumah Tongkonan diatas jembatan kemudian terlihat beberapa perkampungan dan gugusan sawah ditepi bukit yang indah setelah itu kami memasuki Kota Makale ibukota Kab. Tator . Ditengah kota terdapat Kolam air Mancur berbentuk bulat yang dikelilingi jalan besar ditengahnya terdapat patung Pongtiku Pahlawan rakyat Tator, disekitar bundaran ini terdapat Kantor DPRD, Rumah Kediaman Bupati, Dua gereja besar, Hotel dan lokasi Pertokoan.
Kota RantePao
Kota RantePao yang saya temui sekarang sangat jauh berbeda ketika saya datang pertama dan kedua kalinya dulu mungkin ini sebagai dampak dari statusnya sebagai Ibukota Kab. Tator Utara yang telah penuh dengan bangunan pertokoan dan perkantoran, seperti Pasar sentral dulu sangat sederhana sekarang telah menjadi Pusat pertokoan dua lantai yang ramai, disini saya sempat membeli Hiasan diding lukisan Tongkonan, 1 lusin baju kaus motip Tator dan Parang Khas Tator. Pada radius 15 km dari kota ini banyak ditemukan tempat yang ramai dikunjungi wisatawan.
Rambu Solok
Rambu Solok merupakan suatu prosesi pemakaman orang mati terutama dari kalangan raja atau tetua dari suatu golongan yang dilaksanakn oleh suatu keluarga besar dengan di ikuti berbagai kegiatan adat lainnya. Pemakaman ini sering dilakukan pada mayat yang telah lama meninggal kemudian seluruh keluarga berkumpul dengan semangat persatuan yang kental mereka bahu membahu mendukung kegiatan ini sehingga setiap acara Rambu Solok dilaksanakan akan terjadi pemotongan Hewan seperti Kerbau, Sapi dan Babi besar-besaran paling kecil 200 ekor. Pesta Rambu Solok membutuhkan tanah lapang yang cukup luas seperti di Perkampungan Kete Kusu karena ditempat itu akan dilaksanakan berbagai upacara adat dan dibangun pondok kecil tempat nginap bagi keluarga arwah dari luar daerah.
Acara adat yang ada dalam Pesta Rambu solok ini diantaranya Persembahan Seni tari dan Musik khas Toraja dilaksanakn berhari-hari, Mappasilaga Tedong (Adu Kerbau), bagi masyarakat Toraja Kerbau dianggap hewan Suci terlebih Jenis Kerbau Belang Putih (Albino) yang harganya mencapai Milliaran Rupiah, Sisamba (adu kaki), Parade Kerbau memperlihatkan kekekaran dan keindahan piaran mereka dan Ma’tinggoro (Potong kerbau) suatu pertunjukan yang sangat atraktip hanya dengan sekali tebas leher Kerbau langsung Mati, serta Mapasulekka To Mate yaitu menjalakan orang mati ketempat pemakamannya dengan cara kekuatan Mistis (Acara ini jarang sekali bisa ditemukan/langka).
Merupakan pemakaman Bayi yang berumur 0 – 7 tahun pada sebuah Pohon Tarra buahnya seperti buah sukun di Kampung Kambira Kecamatan Sangalla sekitar 20 km dari RantePao. Bayi yang mati akan diMasukkan di Dalam Pohon Tarra yang terlebih dahulu dilubangi sesuai derajatnya dan arah rumahnya dari pohon tersebut kemudian ditutup serat kelapa setelah lama mayat itu akan menyatu dengan pohon, pohon ini bagi masyarakat di anggap suci, meski ritual ini sudah lama tidak dilaksanakan tapi tempat ini ramai dikunjungi wisatawan.
Semua kegiatan budaya di atas merupakan satu replica dari kekuatan masyarakat mengamalkan keyakinan mereka memegang budaya dulu yang di sebut Aluk Toa sebuah kepercayaan Animisme yang telah ada jauh sebelum peradaban keagamaan datang. Disisi lain mereka adalah masyarakat Agraris yang penghidupan utama sebagai petani sehingga disepanjang jalan terbentang hamparan sawah, pertanian dan perkebunan yang luas hingga kesela-sela berbukitan dan mengikuti alur-alur sungai yang membuat alam Toraja Indah dan damai berbalut sacral. Jika anda berada di kota besar dan belum pernah ke TOraja tapi ingin merasakan nikmat megisnya cobalah singga ke café di Mall dan pesan KOPI TORAJA yang telah menjadi Brand cukup popular.
Bernaung di TongKonan yang Kaya upacara,
Tanah Toraja Istana Megah Budaya Aluk Tua
By Bakri Supian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar