MENANCAPKAN BAGAN DI PERAIRAN AMBALAT
By Bakri Supian
Bagaimana perasaan anda bila harus berusaha di lahan sengketa ?, setidak – tidaknya mungkin seperti itulah kali yang dirasakan oleh nelayan di Perairan Ambalat tidak jauh dari P Sebatik yang hanya berjarak 2 mil dari daratan seputar koordinat 04 01 00 LU sedang batas terluar utara RI yaitu pada koordinat 04 derajat 10 menit LU, wilayah yang masih dipersengketakan Indonesia dan Malaysia khususnya pada tahun 2007 - 2008 saat tingginya tingkat ketegangan militer seiring semakin memburuknya tingkat diplomasi kedua Negara sehingga tak ayal sering terjadi kisah usir-mengusir kedua militer negara terrsebut di kawasan ini.
Kisah heroik yang pernah saya dengar dari beberapa nelayan di daerah ini, mereka pernah didatangi Polisi Marine Malaysia (di Indonesia di sebut Polair/Airud) yang sedang patroli rutin kebetulan saat itu Kapal patroli milik AL Indonesia lagi kosong, lalu mereka merapatkan kapal dan dengan kasar mengecek keberadaan bagan tersebut yang di jawab nelayan bahwa mereka dari P Sebatik Indonesia kemudian dengan marah polisi Marine Malaysia memerintahkan agar segera membongkar bagan tersebut kalau tidak mereka akan datang membongkarnya.
Ditengah ketegangan demikianlah nelayan Bagan Tancap yang berada pada area kordinat A. 04 01 00 LU – 118 02 44,5 BT B. 04 04 50 LU – 118 02 44,5 BT C. 04 04 50 LU – 117 58 32,7 BT dan D. 04 02 54 LU – 117 58 32,7 BT yang masih merupakan wilayah kedaulatan Negara RI memberanikan diri memasang Pancang guna membangun Bagang sebagai matapencaharian, sebuah alat penangkap ikan yang pada prinsipnya merupakan Perangkap, berbentuk Segi Enam atau segi delapan terbuat dari Batang Nibung, Bambu atau kayu, dengan diameter 4-8 meter, antara tiang saling dihubungkan, diberikan lantai tempat aktipitas nelayan. Dibagian tengah dibuat pondok kecil berukuran 1x2 meter tempat istirahat dan didekatnya dibuat lubang yang berguna untuk mengontrol kegiatan penangkapan seperti pengaturan lampu, memantau gerombolan ikan, mengontrol keadaan Jaring dan mengangkat ikan hasil tangkapan.
Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu unit Bagang tancap berbeda-beda sangat ditentukan ukuran, Bahan pembuatnya, Fasilitas yang disediakan dan Lokasi tempat mendirikan Bagang namun kisaran harga perunit sekitar Rp 15 juta – Rp 35 juta untuk harga yang tinggi fasilitasnya bisa mencakup Lampu merkuri, Genset, jaring yang baik dan pengangkatan dengan system semi mekanis.
Salah satu kendala bagi nelayan Bagan di Ambalat sulitnya menemukan Batang Nibung yang menjadi bahan dasar untuk membangun Bagang terutama untuk tiang maupun lantainya. Penggunaan Batang Nibung digemari nelayan karena karena berat dan sifat fisiknya sangat mudah untuk ditancapkan kedasar perairan dan pohonnya yang kuat membuatnya tak mudah patah serta tahan lama, ketahanan pohon Nibung dapat mencapai 4-6 tahun. Pohon yang habitatnya banyak ditemukan di tepi sungai mulai dari muara sampai kebagian hulu sudah sulit ditemukan karena kawasan tersebut banyak berubah menjadi areal pertambakan dan pemukiman, harga perbatangnya untuk yang panjangnya 6 – 12 m dengan diameter 14 – 20 Cm sekitar Rp 15.000 – Rp 30.000.
Bagi Nelayan Bagan Perairan Ambalat usaha mereka bukan sekedar untuk mencari napkah bagi kehidupan keluarga sehari – hari saja karena bila demikian mereka dapat memilih usaha dibidang lain seperti Bertambak, Pasang bagan ditempat lain, berkebun Kelapa Sawit atau Bersawah yang relatip lebih aman dari gangguan dan dari konplik yang sering terjadi antara kedua pemerintah. Tapi usaha beresiko itu tetap mereka lakukan karna tak lepas dari dorongan kesadaran sebagai warga Negara di daerah perbatasan yang mempunyai kewajiban bela Negara. Kesadaran tersebut tumbuh setelah mengetahui kisah terlepasnya Sipidan dan ligitan hanya karena pihak Indonesia tidak mengelola wilayah tersebut dibanding Malaysia yang banyak terlibat membangun berbagai sarana dan prasarana wisata. Setidaknya dengan aktipitas diperairan ambalat tersebut diharapkan dapat menjadi suatu bukti bagi mata dunia akan adanya aktipitas masyarakat Indonesia dalam pengelolaan kawasan perairan ambalat oleh nelayan dan Pemerintah daerah Indonesia.
Bagan tancap pada prinsipnya hanyalah berupa perangkap yang menggunakan Cahaya terang dimalam hari untuk menarik ikan-ikan berkumpul disekitar cahaya disamping Cahaya itu sendiri sebagai pemikat cahaya juga tempat berkumpulnya berbagai spesies makanan ikan seperthi Plankton, kemudian ikan yang berkumpul tersebut akan ditangkap dengan jaring yang telah tersedia sebelumnya dibawah gerombolan ikan dengan mengangkat jaring keatas menggunakan katrol pengangkat Jaring.
Rata – rata dalam sebulan Nelayan Bagan turun melaut sebanyak dua kali dan untuk sekali turun dibutuhkan 2-4 hari lamanya yang hanya beroperasi pada malam hari terutama pada saat bulan gelap atau pasang tertinggi, dalam semalam mereka dapat melakukan penangkapan/angkat jaring 2 – 4 kali dan dalam sekali angkat mereka dapat menghasilkan tangkapan 1 – 10 kg artinya dalam semalam mereka dapat memperoleh tangkapan hingga 32 kg.
Komposisi hasil tangkapannya didominasi Ikan Teri (Stolephorus Spp) 70 – 90 % umumnya untuk dijual, sisanya adalah tangkapan sampingan seperti Selar (Selaroides spp), Layang (Decapterus ruselli),Buntal (Diodon hystrix L), Peperek (Leiognathus spelendens), Udang(Penaeus spp),Kembung (Restreliger spp), Gulamah (Argyrosomus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Cumi-cumi (Loligo spp), Ubur-ubur (Jelly Fish), Julung-julung (Hemirhamphus spp) dan lain-lain biasanya buat lauk bagi keluarga nelayan namun bila dalam jumlah tertentu mereka jual juga (Selar, Katombong, Kembung, Cumi-cumi, Gulamah dan Kerapu).
Ikan teri yang merupakan tangkapan utama nelayan umumnya dijual dalam bentuk kering, produk Ikan teri kering olahan masyarakat Nelayan Ambalat berdasarkan prroses olahannya di bagi atas tiga produk sebagai mana berikut, 1. Ikan hasil tangkapan di jemur di atas bagan atau tempat penjemuran lainnya hingga batas kekeringan yang cukup 2. Ikan hasil tangkapan di masak dalam panci Almunium di atas kompor minyak yang juga telah tersedia di atas bagan baru di jemur hingga batas kekeringan yang standar. 3. Untuk meningkatkan harga jual ikan tersebut, ikan setelah dimasak dilanjutkan dengan proses pembersihan ikan dari tulang dan kepalanya lalu dijemur sampai batas kekeringan yang standar .
Pemasaran hasil tangkapan banyak dipasarkan untuk kebutuhan pasar lokal, antar kota yang biasanya dilakukan pedagang pengumpul atau di pasarkan kepasaran Negara tetangga (Kota Tawau) yang jaraknya cukup dekat dari lokasi penangkapan sekitar 8-10 km atau dengan speedboat dapat ditempuh selama 10 – 20 menit, bagi beberapa nelayan lebih menyenangkan untuk menjual hasil tangkapannya ke Tawau yang menurut mereka mempunyai daya serap pasar yang tinggi dan harga yang lebih berpatotan.
Untuk harga jual ikan Teri kering tersebut dapat di lihat pada Gambar table berikut :
Harga
Pasar
|
Kering
|
Kering sdh
dimasak
|
Kering Masak
Tak bertulang
|
Keterangan
|
Nunukan
|
Rp18 ribu/kg
|
Rp 25 ribu/kg
|
Rp 30 ribu/kg
| |
Tawau (Luar
Negeri)
|
5 ringgit/kg
|
7 ringgit/kg
|
14 ringgit/kg
|
1 ringgit Malay
Sia = Rp 3.200
|
Harga Nelayan
|
Rp 10 ribu/kg
|
Rp 15 ribu/kb
|
20 ribu/kg
| |
Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nunukan tahun 2009 jumlah bagan yang ada di perairan Ambalat sekitar 250 buah bagang yang umumnya dikelola Masyarakat Bugis, Tidung dan Suluk dan pada tahun tersebut pernah menganggarkan kegiatan pengadaan bagan buat masyarakat pesisir sebanyak 25 buah dengan harga setiap bagang Rp 25 juta ini sudah termasuk Genset lampu 15 PK dan lampu merkuri 2000 watt dua buah dan katrol pengangkat Jaring.
Permasalahan lain yang sering timbul dalam aktifitas keseharian sebagai Nelayan Bagan selain kasus di atas masih seringnya terjadi pencurian sarana penangkapan yang ditinggalkan di Bagan saat tidak melaut dari beberapa kasus pencurian ditemukan bukti bahwa pelakunya bukan saja pencuri lokal tapi juga pelaku dari luar negeri. Terlepas dari semua kisah tersebut masalahnya sekarang adalah sampai kapan Krisis Perairan Ambalat akan berakhir yang hingga kini masih berlarut-larut tampa penyelesaian pasti dan kondisi demikian sangat mengkhawatirkan bagi para Nelayan Bagan bahkan bagi seluruh nelayan dalam menjalankan kegiatan sehari – hari di perairan Ambalat.
Indah Jiran, suasana menyenangkan
Ambalat Aman, Menyenangkan Pembangunan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar