NusanTaRa.Com
Kesan yang terpatri dikepala kita kala menyebut Kota Jakarta, sebuah
kawasan metropolitan yang berhias dengan bangunan tinggi, Mall megah yang
komplit, Mobil mewah yang berkeliaran dan Monas serta berbagai atribut kota
yang serba moderen. Sebenarnya jika
kita lebih jeli menyimak kawasan Jakarta maka kita akan menemukan beberapa
atribut tersebut masih menggambarkan keberadaan Jakarta di masa lalu yang masih
dapat kita saksikan disana ditengah kemeriahan kehidupan metro kota Jakarta,
yang masih eksis tertata dengan baik seperti Pelabuhan Sunda Kelapa yang
dulunya merupakan pusat pelayaran Nusantara dengan Perahu layarnya yang besar,
Keberadaan Kota Tua pusat pemerintahan Hinda Belanda pertama di Batavia, Delman
bergaya Betawi, berbagai Gaya kehidupan
Betawi yang masih dilestarikan hingga kini dan sebagainya.
Kota Tua Jakarta disebut Batavia Lama sebuah wilayah kecil di Jakarta Barat Kecamatan Pinangsia atau sekitar Sungai Kali Besar dengan keluasan 1,3
km persegi. Dalam kawasan ini banyak terdapat
bangunan lama yang masih berdiri dan terawat
dengan baik karena daerah ini telah menjadi satu daerah tujuan wisata
Kota Jakarta sejak tahun 1972 sejalan dengan Keputusan Gubernur Jakarta Ali
Sadikin yang mengeluarkan keputusan resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs
Warisan kota Batavia dengan tujuan melindungi sejarah bangunan yang masih
tersisa.
Musium Bank Mandiri |
Sejarah keberadan kawasan bermula dengan Pelabuhan Sunda Kelapa yang
sejak tahun 1526, Fatahillah menyerang
kawasan Hindu Pajajaran dan menamainya dengan Jayakarta dengan tata kota
sebagai Pelabuhan Tradisional. Tahun
1619 pasukan VOC dibawah pimpianan Jan Pieterszoon Coen mendarat dan
menghancurkan Jayakarta serta membangunya kembali dengan Nama Batavia sesuai
nama leluhur mereka Batavieren.
Mengunjungi kawasan disekitar Sungai Kali Besar yang dulunya pada abad ke 16
pernah mendapat julukan “ Permata Asia “ dan “ Ratu dari Timur “ dari pelaut
Eropah karena posisinya yang strategis dan kaya akan rempah-rempah nusantara,
kita masih menemukan beberapa bangunan peninggalan zaman dulu baik yang masih
terawat dengan baik atau yang agak tidak terawatt hingga ditumbuhi pohon
beringin tentunya dengan fungsi tidak sebagaimana dulu kecuali Stasiun Kota
Lama yang hingga kini masih berjalan secara rutin menuju keberbagai kota
Jakarta dan luar Jakarta.
Untuk menuju lokasi Kota Tua tidaklah terlalu sulit karena disini
terdapat Halte Basway Kota merupakan perhentian paling Ujung di utara kota
Jakarta dari berbagai arah angkutan.
Halte ini terletak pas ditengah bangunan bersejarah kota tua yaitu diantara
Gedung Museum NHB (Nationale Handels Bank HV/Bank Mandiri), Gedung Bank Mandiri dan Stasiun Kota. Dari Halte melalui terowongan bawah tanah
kita menuju dua arah Gedung NHB atau Stasiun Kota.
Gedung Museum NHB merupakan bangunan empat lantai peninggalan Belanda
dulunya merupakan Bank VOC, untuk masuk kita harus melalui piket dengan harga
tiket Rp 5.000 per orang dalam bangunan ini di pamerkan sejarah pembangunan
gedung tersebut, Sarana dan prasarana yang digunakan dari tahun ke tahun selama
bank tersebut beroverasi, sistem kerja, dan sejarah pertumbuhan Bank tersebut
hingga menjadi Bank Mandiri pada 2 oktober 1998.
Di sebelahnya terdapat Gedung Museum Bank BI sebuah bangunan lama
berwarna putih berlantai dua dulunya merupakan Gedung De Javasche Bank
berdiri Tahun 1828 yang kemudian berubah menjadi Bank Indonesia tahun 1954 , peresmian gedung ini sebagai museum dilakukan
Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono 21 Juli 2009. Untuk masuk Musium inipun harus membeli tiket
Rp 5.000 per orang. Dalam gedung ini
dipamerkan berbagai sejarah Bank Indonesia, Sejarah keuangan dan Sejarah
perekonomian seperti Pengguntingan Uang, Pidato PM Sjafruddin Prawiranegara
dalam peringatan 25 tahun De Javasche Bank (DJB) 24 Januari 1953 tentang peralihan DJB
menjadi BI, ORI (Oeang Republik Indonesia) mulai berlaku oktober 1946 dengan
pecahan pertama Rp 100 , ORI Daerah, Uang RIS, Krisis moniter Pra Reformasi
1998 dan sebagainya.
Dari depan gedung ini membelok ke kiri sekitar 150 meter kita akan
menemukan Sungai Kali Besar selebar 70 m namun dengan air hitam dan berbau,
disebelah sungai terlihat barisan bangunan lama sebagian telah dirawat dengan
berbagai kegitan. Jalan Kali Besar Timur
terdapat disisi sungai yang ditepinya ditumbuhi pohon dan disebelahnya lagi
berdiri Bangunan lama dari beton seperti Bangunan BGR No. 5-7 dan berbagai
perkantoran pelayaran dan hukum. Diujung
belok kekanan terdapat Jalan Kali Besar Utara dengan dua jalur terdapat
bangunan tua milik pengusaha seperti toko dan perusahan, hampir semua bangunannya
masih bangunan lama diantaranya Kantor Pos Indonesia tiga lantai.
100 meter sebelah kanan terdapat taman Fatahillah seluas dua hektar yang
terbuat dari Ubin dikelilingi beberapa bangunan tua seperti Kantor Gubernur
Belanda pertama di Jakarta, Meriam, Musium Wayang, Kantor Pos Indonesia, Musium Seni Rupa
dan Keramik, Caffe dan beberapa bangunan lainnya. Diseputaran Taman ini juga terdapat penjaja
jasa seperti Juru Poto dengan Ondel-ondelnya, Penyewaan Sepeda dengan topi
seperti Tempo Doeloe, Penjaja berbagai kuliner khas Betawi Kerak Telor, Pecal,
Air Aren murni dll dengan harga sangat
murah sekitar Rp 3.000 dijamin Puas.
Museum Wayang yang terdapat disisi Barat Taman Fatahillah berisikan
berbagai wayang baik Indonesia maupun luar negeri dan baik wayang kulit sampai
kewayang orang yang dipajang secara menarik dalam berbagai etalase. Di museum ini kita akan mendapatkan berbagai
gambaran dan sejarah perwayang dengan jelas yang tertera di setiap peragaan atau
melalui petugas museum yang bertugas saat itu.
Berbagai wayang setiap negarapun dipajang disini seperti Wayang Indonesia,
China, Vietnam, Thailand, Korea, Jepang, Amerika, Eropa, Afrika, Belgia seperti
Pinokiapun anda dapat temukan duplikatnya disini.
Gedung Staadhuis atau Gedung Museum Sejarah Jakarta yang pernah difungsikan sebagai Kantor Balai Kota pertama di Jakarta, Jabatan Pegadaian dan Pengadilan, berdiri megah didepan taman
Fatahillah resmi digunakan 10 Juli 1710 oleh Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeeck. Meski demikin bangunan dengan warna putih berlantai dua tersebut telah mengalami empat fase pembangunan yang dimulai tahun 1620 oleh Jenderal Jan Veetersczoon Coen sekaligus penghuni pertama. Bangunan berlantai dua beratap genteng dan lantai atas
terbuat dari kayu jati dan terlihat itu masih lantai asli, bangunan
ini setiap lantai terdri dari empat ruang besar, kita dapat melihat ruang
pertemuan Gubernur, Ruang kegiatan kantro lain, Ruang Tamu Gubernur, Ruang main anak-anak Gubernur, Ruang
Tidur Gubernur, Ruang pakaian, Ruang Rias, Ruang makan, Dapur, Bebagai
perabotan rumah serta Beranda di lantai dua.
Dibagian Baestman setinggi 1,70 Cm terdapat ruang tahanan, Gudang musiu dan Gudang penyimpanan barang. Bagian belakang bangunan terdapat taman
dihiasi meriam dan bunga serta Kantin sekaligus jalan keluar taman Fatahillah.
Tak jauh dibelakang Kantor Balai Kota Jakarta tua tersebut 200 meter terdapat
Stasiun Kota, merupakan stasiun Kereta Api tertua di Jakarta, bangunan lama tersebut masih aktip dan ramai para penumpang yang datang untuk bepergian keberbagai
jurusan di Kota Jakarta atau keluar Jakarta, stasiun Kereta Api disini
merupakan stasiun bawah tanah yang terdiri dari Empat rel. Stasiun cukup bersih, Rapi dan tertib dengan
bagian dalam terdapat Loket Tiket, Ruang Tunggu, Kantin, KFC, StarBuck Coffe, Penjual barang
dan Bank. Keluar di Pintu Selatan
Stasiun belok kiri kita telah berada di pintu terowongan bawah tanah menuju
Halte Busway Kota.
byBakriSupian
Stasiun Kota Jakarta |
Anak Duri berjalan kaki sendiri ke Cendana,
Kota Lama Indah bukan bangunan, tapi bagaimana sejarah melintasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar