Tepat 79
tahun yang lalu atau 27 September 1935 sebuah pesawat jenis Walraven-2 berhasil mendaratkan rodanya dengan mulus di
Schipol, Amsterdam Netherland diterbangkan oleh Letnan Terluin dari Bandung
Jawa Barat. Sejarah tersebut sekaligus
mencatat sebagai Pesawat pertama buatan putra-putra Indonesia dan Pesawat Asia pertama yang
mendarat di Benua Eropah.
Mungkin
sulit bagi orang untuk mempercayai akan hal ini, karena saat itu Indonesia
masih berstatus sebagai Negara Hindia Belanda yang tentunya masih jauh dari
kemajuan perkembangan Industri terlebih Industri pesawat. Apa yang kita ketahui tentang sejarah
Industri pesawat tanah air adalah industri pesawat yang berbenderakan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada
tahun 1976 dengan produksinya Helikopter NBO 105 dan Pesawat NC-212-200, yang
pada akhirnya menjadi PT. Dirgantara Indonesia.
PT.
Dirgantara Indonesia merupakan satu rangkaian sejarah Industri penerbangan
Indonesia, yang berawal tahun 1953 dengan berdirinya seksi percobaan AURI
dibawah komando Departemen Perawatan Teknik udara yang dipimpin Mayor Nurtanio
Pringgo Adisurjo, kemudian berkembang menjadi Lembaga Indutri Penerbangan
Nurtanio (LIPHUR) dengan hasil produksi pesawatnya jenis Sikumbang,
Belalang85/90, Kunang, Super Kunang, Gelatik dan LT 200 praktis menurut
pendapat awam menjadi jenis pesawat pertama Indonesia, 23 Agustus 1976 Presiden Soeharto meresmikan
berdirinya PT. Industri Pesawat Terbang Indonesia yang memproduksi Helikopter
NBO 105 dan Pesawat NC-212 200 dan tahun 2000 berubah menjadi PT. Dirgantara
Indonesia hingga sekarang.
Pesawat
Walraven-2 merupakan jenis pesawat bermesin ganda yang seratus persen dibuat di
Indonesia, tapi saat itu masih berstatus
negara Hindia Belanda, yaitu di Tanah Jawa di gudang jalan Kaliki Kota
Bandung, Sebagai sebuah hasil kerja
craftsmanship Achmad bin Talim dan rekan-rekannya. Pesawat ini merupakan pesanan seorang
jutawan Khouw Khe Hien pemilik NV. Merbaboe
untuk mendukung kegiatan bisnis yang semakin berkembang khususnya untuk transportasi mengontrol usahanya dan
pengiriman barang ke daerah lain.
Laurents
Walraven sebagai desain teknik Militaire Luchtvaart-KNIL, menerima pesanan Khouw Khe Hien pada Maret 1934 untuk
kepentingan bisnisnya tersebut, selanjutnya Walraven mendesain pesawat cabin monoplane yang
memiliki sayap tunggal rendah yang aerodinamis, bodi ramping, digerakkan oleh
dua mesin Pobjoy Niagara 7 selinder yang diletakkan dimasing-masing sayap yang berkekuatan
90 tenaga kuda. Penyelesaian pesawat
Walraven-2 tersebut sepenuhnya
dilaksanakan Craftsmanship Achmad bin
Talim dan rekan-rekannya.
Awal Januari
1935 sepuluh bulan setelah pemesan tersebut, Letnan Terluin melakukan
penerbangan perdana pesawat Walraven-2
sebagai suatu bentuk uji coba penerbangan dan hasilnya menunjukkan
kinerja pesawat yang baik tanpa satu kesulitan yang berarti. Selanjutnya dua minggu kemudian, 28 Januari
pesawat menerima registrasi penerbangan
Walraven-2 PK-KKH sesuai nama Laurent Walraven dan singkatan Khouw Khie Hien.
Pesawat
Walraven-2 tergolong model pesawat paling modern saat itu, melakukan penerbangan jarak jauhnya
pertamanya dari Bandung menuju Amsterdam Belanda yang berjarak sekitar 14.490 km. Pada hal pesawat tersebut belum pernah
melakukan uji coba jarak jauh dan
ia juga heran mengapa tugas pertamanya ke Eropah bukan kedaerah bisnisnya Khouw lainnya yang lebih dekat, kata Achmad bin Talim tahun 1981. Ironisnya Achmad bin Talim yang telah
merampungkan pengerjaan pesawat tersebut baru dapat menginjakkan kakinya di
Amsterdam pada tahun 1974 setelah 39 tahun yang lalu pesawat buatan mendarat di
sana.
by BakriSupian
Refrensi dr NGI.
Gatot Kaca kisah terbangnya Manusia Indonesia,
Walraven-2 legenda penerbangan ke Eropah dari Nusantara.