Senin, 30 Mei 2011

MATA UANG ZAMAN DULU DI NUSANTARA

Mata Uang ZaMan Dulu di NusaNtara
        
         Barter merupakan suatu cara perdagangan dengan pertukaran barang yang disepakati dengan nilai yang di anggap sama pada daerah tersebut, hal ini lazim terjadi dizaman dulu termasuk di bumi Nusantara, seperti pendatang akan membawa Kain, Keramik, Garam atau Sepatu kemudian penduduk pribumi akan menukarnya dengan Rotan, Cengkeh, Damar, Ikan atau Lada. 
         Seiring Zaman sistem perdagangan Barter berubah dengan cara yang lebih Praktis yaitu dengan penggunaan koin yang terbuat dari Emas, Perak, Perungu, Tembikar dan Keramik yang berpungsi sebagai alat bayar atau alat tukar.  Meski awalnya Budaya ini berkembang di Eropah setelah Croesus dari Yunani pada tahun 560-546 Sebelum Masehi menemukan  pembuatan Koin berupa Emas dan Perak tetapi sekitar tahun 850 masehi sistem pembayaran ini ditemukan  berkembang di Bumi Nusantara.  Dibawah ini terdapat beberapa Jenis mata uang zaman dulu yang terdapat di Nusantara :

1, Uang Syailendra (850M)
         Pada tahun 850-860 Masehi mata uang pertama di Nusantara atau di Indonesia dicetak oleh Kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah.  Koin Emas dengan satuan terbesar disebut MASA  berukuran 6x6/7 mm, bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta” , bagian belakangnya ada Incuse (lekukan kedalam) dalam dua bagian dan masing-masing terdapat semacam bulatan, dalam bahasa Numismatik pola ini disebut “Sesame Seed”.   Untuk Koin Perak, satuan Masa berdiameter 9-10 mm, bagian muka ada huruf Devanagari “Ma” (sinkatan Masa) bagian belakangnya terdapat Syailendra, incuse dengan pola “Bunga Cendana”.
       Koin Emas dan Perak tersebut mempunyai Nominal =                                                                                   1  -Masa (Ma) berat 2,40 gram senilai 2 Atak atau 4 Kupang.
2.        -Atak berat 1,20 gram senilai  ½ Masa atau 2  Kupang.
3.        -Kupang (Ku) berat 0,60 gram  senilai ¼ Masa atau ½ Atak.
4.        -½ Kupang berat 0,30 gram.
5.        -Saga (Sa) berat 0,119 gram.
2.  Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala (1042-1130 M)
         Pada zaman kerajaan Daha dan Jenggala uang Emas dan Perak tetap dicetak  dengan berat standar  namun Koin Emas yang semula berbentuk kotak berubah menjadi bundar sedang Koin Perak desainnya Cembung dengan Diameter 13-14 mm.   Pada waktu uang Kepeng Tiongkok datang dan beredar dengan Jumlah besar, maka dipakailah secara “resmi” uang Kepeng sebagai alat bayar menggantikan Koin Emas dan Perak.

3.  Uang “Ma”  (Abad ke – 12)
         Dari situs kota Majapahit ditemukan uang Emas dan Perak berupa :
1.       Satuan “Ma” (Masa) dalam huruf Nagari atau Siddham terkadang huruf Jawa Kuno.
2.       Satuan Tahil (Emas) dengan tulisan “Ta” hurup Nagari, berat kedua uang ini anatara 2,4-2,5 gram.
3.      Selain itu terdapat mata uang berbentuk Segi Empat, ½ atau ¼ lingkaran, Trapesium, Segitiga dan Tak beraturan, dibuat apa adanya dari logam kasar  namun sebagai alat tukar yang sah ditandai dengan adanya Tera atau Cap berupa gambar Jambangan dan tiga tangkai Tumbuhan atau Kuncup Bunga (Teratai) dalam bidang lingkaran atau  segi empat.   Dalam sejarah Kerajaan Tiongkok Zaman Dinasti Song (960-1279M) disebutkan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan Emas dan Perak sebagai Mata Uang.


4. Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit (Abad ke – 13)
         Buku “ The History of Java “ karangan Thomas Raffles mengatakan pada zaman ini di Majapahit dikenal koin yang disebut “ Gobog Wayang “ bentuk bulat dengan lubang ditengah diperkirakan sebagai pengaruh dari Koin Cash Tiongkok atau Koin serupa dari Tiongkok atau Jepang.    Koin Gobog Wayang asli buatan local  namun tidak digunakan sebagai alat tukar melainkan untuk persembahan di Kuil-kuil sehingga disebut koin kuil.


5. Uang Dirham Kerajaan Samudra Pasai (1297 M).
         Pada zaman Kerajaan Samudra Pasai di Aceh sekitar tahun 1297 – 1326 mata uang Dirham atau Mas untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad berupa :
1.                Dirham seberat 0,60 gram (berat standar kupang).
2.                Dirham kecil seberat 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga)
3.                Uang Mas Diameter 10 – 11 mm
4.                Uang Setengah Mas Diameter 6 mm
Hampir semua Koin tersebut bertulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir“  atau “Malik at-Tahir“.

6.. Uang Kerajaan Buton (Abad ke – 14)
         Kerajaan Buton merupakan satu-satunya kerajaan di Nusantara yang menggunakan Uang dari bahan Kain Tenun sebagai alat bayar, menurut cerita rakyat Buton disebut Kampua dan pertama kali dperkenalkan oleh Ratu Kerajaan Buton ke II yang memerintah sekitar abad XIV bernama BulawamBona.
         Untuk memperingat jasa Ratu setelah ia meninggal diadakanlah Pasar, para penjual mengambil tempat mengelilingi Makam Ratu BulawamBona dan setiap selesai berjualan para pedagang menaruh Upeti diatas makam Ratu yang nantinya akan dimasukkan ke Kas Kerajaan.

7.. Uang Kasha Banten (Abad ke – 15)
         Mata uang Kesultanan Banten pertama kali dibuat sekitsr 1550 – 1596 Masehi berbentuk pola koin Cash Tiongkok  dengan ciri berlubang segi Enam (heksagonal) ditengahnya, inskrip bagian muka pada mulanya bertuliskan bahasa Jawa “Pangeran Ratu” namun setelah agama Islam mengakar di Banten diganti dalam bahasa Arab “Pangeran Ratu Ing Banten”.  Selain koin tersebut Sultan masih mencetak beberapa jenis lagi yang terbuat dari Tembaga atau Timah seperti yang banyak ditenukan sekarang.



8.  Uang Jinggara Kerajaan Gowa (Abad ke – 16)
         Di Sulawesi Selatan pernah beredar Mata Uang Emas yang disebut Jinggara yang dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin Raja Gowa yang memerintah dalam tahun 1653 – 1669.  Disamping itu beredar juga Koin dengan bahan campuran Timah dan Tembaga yang disebut Kupa.

9.  Uang Picis Kesultanan Cirebon (1710 M)
         Uang Picis adalah uang timah yang tipis dan mudah pecah,  ditengahnya berlubang bundar atau segi empat, disekeliling lubang ada tulisan Cina atau Latin berbunyi CHIREBON.   Uang ini diedarkan oleh Sultan Kerajaan Cirebon pada abad ke – 17 dan penbuatannya dipercayakan kepada seorang Cina.

10.  Uang Real Batu, Kesultanan Sumenep (1730 M)
         Kerajaan Sumenep di Madura mengedarkan mata using yang berasal dari uang asing yang kemudian diberi Cap bertulisan Arab berbunyi  “Sumanap” sebagai tanda pengesahan.   Uang kerajaan Sumenep dari Uang Spanyol disebut Real Batu, dulunya uang ini banyak beredar di Mexico dan Filipina (jajahan Spanyol) dinegara asalnya uang ini bernilai 8 Reales.  Selain uang Real dari Spanyol Kerajaan Sumenep juga menggunakan Uang Gulden Belanda dan Uang Thaler Austria.


         Dollar sebenarnya mata uang yang awalnya berkembang dari Desa Jachymod di Ceko  Eropah Timur sekitar abad 16 yang disebut Taler perubahan itu terjadi karena perbedaan penyebutannya dari daerah kedaerah seiring perkembangan penggunanya, terbuat dari bahan baku Perak dan Emas.  Selanjutnya penyebaran di daratan Eropah meluas hingga menjadi lebih dari 1.500 jenis dan dalam peradapan modern memberikan penamaan tersendiri.
         Penggunaan alat bayar dari kertas dimulai pada awal abad pertama Masehi oleh Dinasti Tang di Tiongkok namun diabad modern Benyamin Franklin disebut sebagai Bapak Uang Kertas karena jasa beliau sebagai pencetak uang berbahan kertas yang pertama kali sehingga pada uang Dolar Amerika Amerika diabadikan gambar beliau.    Namun sekarang ini perkembangan uang sebagai alat bayar berkembang sangat pesat Penggunaan Kartu Elektronik bukanlah hal aneh lagi termasuk di Bumi Nusantara Indonesia







 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...