GAJAH BORNEO
( Elephas maximus borneensis. )
Merupakan spesies tersendiri dari gajah yang ada di dunia meski ada beberapa kisah rakyat yang meragukan keaslian spesies tersebut dan beranggapan sebagai spesies Gajah Jawa yang telah lama punah dengan dua kisah yaitu 1. Konon dulu salah satu Kerajaan di Jawa dalam meluaskan dan mengakrabkan persahabatan dengan raja di Kalimantan kemudian menghadiakan Gajah kepada Raja Sulu kemudian berkembang biak menjadi Gajah Borneo sebagaimana yang ada sekarang dan 2. Gajah Borneo menurut persi ini mengatakan bahwa dulu British East India Trading Company sebuah perusahaan dagang Inggris yang berkedudukan di Batavia menghadiakan pada Raja Sulu yang wilayah kekuasaannya meliputi Kalimantan Sabah pada tahun 1750, beberapa ekor Gajah Dari Jawa untuk meningkatkan persahabatan dan kelancaran Perdagangan mereka di Wilayah Kesultanan Sulu, kemudian Gajah tersebut digunakan untuk mengangkut barang dan menarik kayu di Hutan pada perkembangan selanjutnya Gajah ini tidak terurus sehingga lepas dan berkeliaran di Hutan sebagai mana yang ada sekarang, berdasarkan kisah ini dan kemiripannya beberapa beberapa Pakar WWF Asia juga beranggapan sebagai turunan Gajah Jawa yang di anggap sudah punah, meski data lengkap tentang ciri morfologi dan DNA tidak ada.
Beberapa ahli tetap berkeyakinan bahwa Gajah Borneo merupakan spesies tersendiri yang berbeda dengan spesies lain ini mereka ungkapkan dengan ciri-ciri tersendiri yang khas seperti mempunyai ukuran relatip lebih kecil yaitu 30 % lebih kecil dari ukuran Gajah Asia lainnya dan mempunyai Gading relatip lebih lurus. Perbedaan lain yang terdapat Gajah Borneo adalah kebiasaan Buang Kotorannya yang relatip rapat frekwensinya, Rata-rata kecepatan buang kotoran (defecation Rate) yang diperoleh adalah 18,19 kali buang kotoran per 24 jam (distance 1 x per 1,6 jam) hal ini diperkuat oleh hasil Penelitian Universitas Mulawarman yang menguji DNA Gajah Borneo dibalai Riset USA dan didapatkan bentuk dan sifat Genetik yang berbeda dari Gajah lainnya bahkan test itu menunjukkan kalau spesies ini telah ada 300.000 tahun yang lalu. Klasifikasi Gajah Borneo berdasarkan GREY, 1821 adalah :
Beberapa ahli tetap berkeyakinan bahwa Gajah Borneo merupakan spesies tersendiri yang berbeda dengan spesies lain ini mereka ungkapkan dengan ciri-ciri tersendiri yang khas seperti mempunyai ukuran relatip lebih kecil yaitu 30 % lebih kecil dari ukuran Gajah Asia lainnya dan mempunyai Gading relatip lebih lurus. Perbedaan lain yang terdapat Gajah Borneo adalah kebiasaan Buang Kotorannya yang relatip rapat frekwensinya, Rata-rata kecepatan buang kotoran (defecation Rate) yang diperoleh adalah 18,19 kali buang kotoran per 24 jam (distance 1 x per 1,6 jam) hal ini diperkuat oleh hasil Penelitian Universitas Mulawarman yang menguji DNA Gajah Borneo dibalai Riset USA dan didapatkan bentuk dan sifat Genetik yang berbeda dari Gajah lainnya bahkan test itu menunjukkan kalau spesies ini telah ada 300.000 tahun yang lalu. Klasifikasi Gajah Borneo berdasarkan GREY, 1821 adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Proboscidae
Famili : Elephantidae
Genus : Elephas
Species : Elephas maximus
Sub Species : Elephas maximus borneensis.
Gajah ini berasal dari penyebaran Gajah Asia diberbagai daratan Asia karna proses geologi yang cukup panjang di atas 18.000 tahun yang lalu kemudian terjadi perpisahan antara Kepulauam Indonesia dan daratan Asia serta proses pencairan Es di kutub membuat wilayah Indonesia dan spesiesnya terisolasi dengan ekosistem daratan asia yang berdampak pada perbedaan sifat, bentuk dan habitat satwa kepulauan termasuk Gajah Borneo dengan ciri – cirinya yang ada sekarang. Ciri lain dari gajah ini mempunyai ukuran maksimal 2,4 m Sedang gajah asia lainnya mencapai di atas 3 m, perbandingan ukuran Kuping lebih agak lebar, Kepala Bundar terlihat agak lucu dan mempunyai ekor yang panjang dapat mencapai Tanah.
Habitat utama Gajah Borneo terletak antara Bagian Utara Prov Kalimantan Timur dan daerah Sabah Malaysia namun selama ini yang menjadi pusat penelitian khususnya Pemerintah Indonesia dan WWF berada di Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Nunukan Kecamatan Sebuku, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Lumbis serta sebagian wilayah Kabupaten Malinau sedang Kerajaan Malaysia telah menetapkan Lembah Danum sebagai wilayah KonservasI Gajah Borneo. Dari beberapa Laporan Masyarakat Sabah merekan biasa menemukan Gajah Borneo selain Lembah Danum juga di Kinabatangan, Kalabakan, Lahat Datu dan Keningau.
Hasil Penelitian Universitas Mulawarman, Yasuma (1994) bahwa hewan gajah ini hanya dapat terdeteksi sekitar wilayah hulu S. Sebuku kec. Sembakung, Hulu S. Agison, S. Tulid dan S Apan.. Penyebaran mereka di daerah Kec. Sebuku umumnya berada pada dataran rendah pada kawasan hutan Hujan Tropis dengan ketinggian hingga 750 m dpl. Kehidupan mereka umumnya berpindah – pindah tempat yang membentuk satu syclus hidup yang rutin, dimana pada musim dan waktu tertentu ia akan berada di tempat sama syclus ini biasanya ditentukan oleh Ketersediaan Makanan, Musim perkawinan, Musim Melahirkan, Tempat Perlindungan dan membesarkan Anak. Beberapa penelitian menemukan bahwa satu gajah pada Habitatnya memiliki rang jarak tempuh dalam hidup hingga 90 km sampai 600 km jauhnya, penelitian lain mendapatkan bahwa untuk habitatnya tersebut gajah menggunakan Home Range atau luas wilayah hingga 600 km2. Makanan mereka yang utama dan banyak ditemukan tumbuh liar di hutan Kec. Sebuku, Kec. Sembakung dan Kec. Lumbis adalah Tebu hutan, Pisang Hutan, Umbut dan daung Kelapa dan Umbut dan daun Kelapa sawit yang terakhir adalah tanaman Masyarakat dan perusahaan ini diketahui dari beberapa laporan Masyarakat dan perusahaan Pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Nunukan.
Hasil Penelitian Universitas Mulawarman, Yasuma (1994) bahwa hewan gajah ini hanya dapat terdeteksi sekitar wilayah hulu S. Sebuku kec. Sembakung, Hulu S. Agison, S. Tulid dan S Apan.. Penyebaran mereka di daerah Kec. Sebuku umumnya berada pada dataran rendah pada kawasan hutan Hujan Tropis dengan ketinggian hingga 750 m dpl. Kehidupan mereka umumnya berpindah – pindah tempat yang membentuk satu syclus hidup yang rutin, dimana pada musim dan waktu tertentu ia akan berada di tempat sama syclus ini biasanya ditentukan oleh Ketersediaan Makanan, Musim perkawinan, Musim Melahirkan, Tempat Perlindungan dan membesarkan Anak. Beberapa penelitian menemukan bahwa satu gajah pada Habitatnya memiliki rang jarak tempuh dalam hidup hingga 90 km sampai 600 km jauhnya, penelitian lain mendapatkan bahwa untuk habitatnya tersebut gajah menggunakan Home Range atau luas wilayah hingga 600 km2. Makanan mereka yang utama dan banyak ditemukan tumbuh liar di hutan Kec. Sebuku, Kec. Sembakung dan Kec. Lumbis adalah Tebu hutan, Pisang Hutan, Umbut dan daung Kelapa dan Umbut dan daun Kelapa sawit yang terakhir adalah tanaman Masyarakat dan perusahaan ini diketahui dari beberapa laporan Masyarakat dan perusahaan Pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Nunukan.
Gajah Borneo dan beberapa gajah lainnya hidup dengan pola matriarchal yaitu hidup berkelompok yang mengikuti seorang pimpinan Seekor gajah Wanita dewasa dengan ikatan social yang kuat. Untuk sementara jumlah populasi yang masih ada berbeda – beda perkiraan antara berbagai ahli, namun yang kuat dugaannya antara 60 - 100 ekor menurut Unmul (Yasuma 1994) dan 40 - 60 ekor. Ancaman utama bagi kehidupan Gajah saat ini adalah Manusia yang disebabkan keterbatasan lahan dan keterbatasan Makanan dua hal ini yang sering membuat gajah masuk mengganggu kepemukiman Masyarakat, Hingga saat ini diketahui bahwa 85% gajah Kalimantan dan Sumatera berada diluar kawsan konservasi yang berarti rawan dari ancaman manusia dan kendaraan berat. Keberadaan gajah terdesak oleh semakin menyempitnya habitat tempat hidupnya karena adanya perluasan areal pengusaha kayu, semakin melebarnya areal perkebunan dan pertumbuhan pemukiman masyarakat. Sehingga tahun 2009 terjadi dua kali Gajah mengamuk yang merusak perkebunan dan perumahan penduduk diduga karena keadaan tersebut yang berdampak pada semakin berkurangnya stock makanan di Habitatnya dan terpotongnya jalur food migrasi oleh perkembangan pembangunan diwalayah jalur migrasi tersebut sebagaimana laporan yang ada di BLHD Kab. Nunukan.
Pada tahun 2008 Metro TV bekerja sama dengan Pemda Kab. Nunukan dan WWWF melakukan dokumentasi pelacakan keberadaan Gajah Borneo tersebut, pada hari-hari pertama mereka hanya menemukan beberapa kotoran Gajah tersebut namuun setelah beberapa hari kemudian mereka menemukan ada dua kelompok yang berada di seputar Desa Sekikilan Kecamatan Sebuku. Program dokumentasi pelacakan ini telah dipresentasikan di Pemda Nunukan dan program ini juga sempat ditayangkan pada acara Metro TV.
byLaSikuAgay.
Pada tahun 2008 Metro TV bekerja sama dengan Pemda Kab. Nunukan dan WWWF melakukan dokumentasi pelacakan keberadaan Gajah Borneo tersebut, pada hari-hari pertama mereka hanya menemukan beberapa kotoran Gajah tersebut namuun setelah beberapa hari kemudian mereka menemukan ada dua kelompok yang berada di seputar Desa Sekikilan Kecamatan Sebuku. Program dokumentasi pelacakan ini telah dipresentasikan di Pemda Nunukan dan program ini juga sempat ditayangkan pada acara Metro TV.
byLaSikuAgay.
Living together is more beautiful than life itself