Selasa, 30 Agustus 2016

17 HEWAN PALING LANGKA DI DUNIA 5 ADA DI INDONESIA

NusanTaRa.Com

Dari ke-17 hewan paling langka di dunia, lima di antaranya berasal dari Indonesia.

Badak Ujung Kulon Jawa
     Menyongsong hari Hewan spesies Langka Dunia 2016  yang jatuh pada 23 mei 2016,  Worl Wide Fund for Nature (WWF) baru saja merilis 17 hewan paling langka di dunia dan terancam keberdaannya.  Bangsa Indonesia patut prihatin bahwa 5  lima hewan yang masuk kategori tersebut dari 17 yang telah ditetapkan adalah satwa endemik di Indonesia sehingga kita perlu meningkatkan kepedulian demi melestarikan setiap satwa dibumi kita.  Lima satwa tersebut adalah :  Badak Jawa, Gajah Sumatera, OrangUtan Sumatera, Badak Sumatera, dan Macan Sumatera.  

     Seperti diketahui bahwa keberadaan satwa di muka bumi ini semakin tahun semakin berkurang meski ada beberapa satwa yang sukses dikembangkan artinya mengalami perkembangan jumlah tapi ini tentulah sangat kecil berbanding yang mengalami keterancaman.   Kondisi ini disebabkan semakin berkurangnya habitat hidup mereka di bumi karena pemanfaatan lahan yang kurang bijak serta masih banyaknya manusia yang melakukan pembunuhan satwa tertentu karena harga yang ekonomis dan kebutuhan makan karena kurangnya rasa peduli akan satwa tersebut.   Kondisi hidup manusia bumi yang klasik tersebut kurang bersahabat dengan alam alias satwa perlu diperbahrui kepada sikap yang lebih CARE maka bumi akan menjadi satu tempat hunian di planet yang mesra dan seimbang antara sesama mahluk yang ada yang akan berujung kepada kehidupan manusia yang lebih baik. 

     Dengan adanya pemeringkatan kelangkaan suatu satwa langka dimuka bumi ini dengan sendirinya akan lebih mangsinergikan satu kinerja manusia dalam kesehariannya dengan kepedulian terhadap lingkungan dalam hal ini kelestarian satwa.  Karna akan terbentuk perhatian para terkait dengan prioritas - prioritas satwa yang lebih membutuhkan satu peerhatian terutama para stake holder akan kelestarian alam.

     Seperti dilansir dari Metro.co.uk,  kampanye Hari Spesies Langka kali ini lebih menekankan pada suatu harapan agar semua manusia di muka bumi, mualai dari Anak-anak, Rumaja, Orang Dewasa  lebih belajar dan memahami tentang binatang-binatang terlebih yang telah terancam punah itu.    Lebih jauh mereka juga telah memahami apa yang seharusnya mereka lakukan untuk dapat melindungi hewan -- hewan tersebut.  

     Semua itu bermakna bahwa segala komunitas, sarana publik dan organisasi terkait hewan seperti Kebun Binatang, Aquarium, Taman, Kebun raya, Taman marga satwa, museum, sekolah, Pusat-pusat komunitas, kelompok konservasi dan organisasi lainnya, harus membuat satu agenda besar  :  Edukasi tentang satwa liar.   Mereka juga harus mulai memberikan semacam gambaran ancaman apa yang akan harus dipertaruhkan jika manusia tidak segera mengubah perilakunya - terhadap hewan- hewan terancam punah itu.
Berikut ke-17 hewan paling langka di dunia:
  1. Macan tutul amur
  2. Badak hitam afrika
  3. Gorila cross river
  4. Penyu sisik
  5. Badak jawa
  6. Penyu belimbing
  7. Gorila gunung
  8. Trenggiling
  9. Saola
  10. Harimau china selatan
  11. Gajah sumatera
  12. Orangutan sumatera
  13. Badak sumatera
  14. Macan sumatera
  15. Vaquita
  16. Garila daratan lembah barat
  17. Lumba-lumba sungai Yangtze

     Dengan mengetahui ke-17 hewan paling langka di dunia itu, setidaknya kita tahu apa yang harus kita lakukan untuk menjaga spesies-spesies tersebut tetap lestari di muka Bumi ini serta jika kita suatu lembaga yang terkait dengan kelangsungan satwa kita akan lebih mudah menetapkan mana satwa yang lebih mendesak akan perhatian.   Karena bagaimanapun juga, kerusakan dan kelangsungan kehidupan di Bumi tergantung tangan-tangan manusia yang ada di dalamnya serta kurang efektif kita dalam menyusun satu agenda yang tentunay berdasarkan skala prioritas yang lebih penting.
byRyanSyahputra

Gajah Sumatera

Bumi hijau berhias satwa surga kehidupan manusia,
Manusia yang bijak akan melestarikan kehidupan satwa.





Minggu, 28 Agustus 2016

DUA WARUNG FOOD COURD SINGAPURA DAPAT BINTANG "MICHELIN GUIDE"

NusanTaRa.Com




Amazing  !!  Dua warung  untuk kuliner  khas  Food Court  di Singapura tahun 2016 menorehkan nama dalam sejarah,    keduanya  tercatat sebagai  warung pertama yang mendapat pengakuan dari Michelin Guide nan prestisius karena sajian menu makanan khas yang mereka sajikan.   Kedua tempat jajanan yang mendapat penghargaan dari  Michelin Guide tersebut  adalah  “ Hongkong Soya Sauce Chicken Rice and Noodle “ dan    Hill street Tai Pork Noodle “ tentunya warung ini menyajikan sajian – sajian yang  baik serta memiliki menu  special yang banyak diminati pelanggan.

Michelin Guide sebuah buku seri panduan yang terbit setahun sekali yang memuat tentang Hotel dan Restoran di dunia serta memberikan peringkat atas kategori dan kualitas yang dimiliki berdasarkan penilaian yang dilakukan para pakar di Michelin di masing-masing bidang tersebut, penilaian juga diberikan berdasarkan wilayah kedua hal tersebut.    Buku ini diharapkan berguna bagi para touris atau mereka yang sibuk bertugas dalam perjalanan sehingga mudah dalam mendapatkan keterangan tentang Hotel,  Restouran dan Makanan yang menyenangkan dan sesuai bagi pengguna.

Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice and Noodle dan Hill Street Tai Hwa Pork Noodle merupakan dua di antara 29 tempat makan yang diunggulkan dalam Michelin Guide baru tahun 2016, edisi Singapura.   Dalam daftar tersebut terdapat  27 tempat lainnya  sebagai  restoran mewah.  CNBC mewartakan bahwa Negara Singapura merupakan negara pertama di kawasan Asia Tenggara  dan ke-4 di Asia yang mendapatkan penilaian dari Michelin Guide.

Hill Street Tai Hwa Pork Noodle berlokasi di Crawford Lane.

Warung ini menyajikan mi dengan lauk jeroan babi sebagaimana namanya sejak tahun 1930 silam,  kini usaha kuliner ini dijalankan oleh generasi kedua mereka.  Dari beberapa ulasan bahwa  “ mi “  yang mereka buat sangat lembut, demikian halnya dengan daging cincang dan jeroan yang disajikan.   Menu yang wajib dicoba bagi para pengunjung warung ini atau yang berkunjung ke Singapore diantaranya  dried pork noodle,  bak chor mee, dan pangsitnya.  Untuk makan di sini  perlu menyediakan bujet  sekitar SGD6  kurang lebih Rp 58 ribu per orang. 

" Sudah banyak oo orang mengantre di kios saya, bahkan saat saya belum membukanya pukul 09.30 pagi  " ujar Tang Chay Seng,  pemilik sekaligus koki Hill Street Tai Hwa Pork Noodle.

Warung ini buka setiap hari mulai pukul 09.30 pagi hingga 21.00,  ingat bila berkunjung kesini pada saat tertentu anda harus antri untuk dapat menikmati sajiannya  dan warung ini akan tutup di hari Senin pekan pertama dan ketiga setiap bulan.

Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice and Noodle berlokasi di China Town.

Warung ini menawarkan sajian khas  makanan Kanton dengan  Menu favorit “  Chicken Rice “  dan   Chicken Noodle   yang disajikan dengan saus kecap asin yang menjadi  citarasa khasnya.   Ulasan di Trip Advisor,   butuh waktu dua setengah jam untuk antre demi sepiring makanan seharga SGD2,50 (sekitar Rp24 ribu) per piring ini.  Jangan heran bila harus menunggu berjam-jam untuk menikmati sajian Enak dan murah.  Warung ini buka setiap hari kecuali hari Rabu Pukul 10.00 hingga 20.000 waktu setempat ooo.

Chan Hon Meng,  pemilik Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice and Noodle tak menyangka akan mendapat pengakuan dari Michelin Guide,  Ia berharap momen ini dapat mendorong generasi muda untuk terjun ke bisnis makanan jalanan.   Meng meyakini bagaimana industrinya tengah bergumul dengan masalah absennya generasi muda sebagai penerus usaha, akibatnya bisnis ini kebanyakan hanya dijalankan oleh para koki paruh baya, nauzubillah oo.


Michelin Guide awalnya tahun 1900 diterbitkan oleh Andrea Michelin di Perancis,   sekarang buku tersebut  telah berkembang dalam berbagai edisi wilayah berwarna merah,   Michelin Guide juga merupakan buku tertua  mengenai peringkat hotel dan restoran baik di Eropa maupun di belahan bumi lainnya yang terus terbit hingga sekarang.   Semua Restoran dan hotel yang masuk ke dalam daftar dalam buku ini akan diberi peringkat Bintang Michelin dan berbagai ulasan yang dapat memberi petunjuk bagi penggunanya.    Selain buku yang bersampul merah sebagai panduan hotel dan restoran,   Michelin juga menerbitkan buku panduan perjalanan  dan wisata yang bersampul hijau (Green Guide), dan sejumlah terbitan yang lebih baru,  seperti  Guide  Voyageur  Pratique  (tips perjalanan),  Guide  Gourmand (tempat makan ekonomis),  Guide  Escapade (liburan singkat),  dan  Guide Coup de Cœur (hotel menurut ciri khas).

Michelin Guide juga punya standar bintang lain. Bintang dua, artinya masakannya sangat enak, balik arah pun layak. Sementara bintang tiga diberikan khusus untuk masakan yang luar biasa, layak dijadwalkan dalam perjalanan khusus.

“ Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice and Noodle “   dan    Hill Street Tai Hwa Pork Noodle “  masing-masing mendapatkan penghargaan satu bintang Michelin.   Itu berarti keduanya menawarkan kualitas makanan yang baik, layak untuk dicoba.   Keduanya Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice and Noodle duanya menempati kios  Pujasera (food court).
byAsniSamadaK 




PujaSera pusat  jajanan Rakyat harga murah,
Menu yang menyenangkan tidak harus mahal tapi berkwalitas dan Gurih. 
 

Jumat, 26 Agustus 2016

LEBAK BANTEN PENGHASIL GULA AREN TERBESAR DI DUNIA

NusanTaRa.Com


Gula merah, Gula Aren atau Gula Jawa, merupakan Pemanis yang terbuat dari air Nira pohon Aren (Arenga pinnata), Kelapa (Cocos nucifera L), Lontara (Borassini flabellifera) dan Nipa (Nypa fruticans) berbentuk padat seperti segi empat, bundar atau lonjong atau serbuk, rasanya manis dan berwarna merah atau Coklat.  Komoditas ini banyak diproduksi di daerah Asia Tenggara, Asia Selatan dan Papua New Genea yang juga memiliki populasi pohon sebagai sumber  tersebut cukup banyak dan diproduksi secara tradisionil atau industri rumah tangga.  Air Nira sebagai sumber gula aren Terbanyak diambil disadap dari pangkkal bunga jantan yang terlebih dahulu di pukul-pukul kemudian di sayat hingga keluar air nira tersebut, kemudian air nira ini dimasak ditungku hingga mengental kemudian dicetak jadi gula aren.

 Indonesia termasuk negara penghasil Gula merah yang cukup besar dengan pusat produksi yang cukup besar seperti Banyumas, Purworejo dan Purbalingga di Jateng, Lebak Banten, Sukabumi Jabar, Enrekang Sulsel, Tomohon Sulut dan lainnya, bahkan salah satu sentra penghasil gula Lebak Banten  tercatat sebagai penghasil Gula Merah (Aren) terbesar di dunia.    "  Saya kira Lebak hingga kini sebagai penghasil gula aren terbesar di dunia dan mengalahkan Thailand, Malaysia dan Vietnam. Kita bangga beberapa daerah di Tanah Air melakukan studi banding gula aren ke Lebak  ",  Ujar  KaSi  Program Mesin dan Kimia Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Sapei(19/8/2016).

Gula Aren Kabupaten Lebak memiliki kelebihan selain rasanya manis yang dapat digunakan sebagai bahan dasar berbagai penganan,  ketika disimpan dapat bertahan lama dan dapat digunakan sebagai penyembuh beberapa jenis penyakit,  juga beraroma serta kadar gulanya relatif kecil sehingga relatip lebih baik buat penderita diabetes.    Gula Aren Lebak telah memiliki sertifikat internasional, sehingga mampu menembus pasar dunia.     Permintaan gula aren untuk pasar domestik dan mancanegara hingga kini cenderung tinggi, keberadaannya sebagai salah satu bahan pangan organik yang tidak mengandung bahan Kimia membuatnya sangat digemari masyarakat.

Produksi gula aren Lebak, sebagian besar dari hasil produksi  kerajinan masyarakat di Kabupaten Lebak, Banten, hingga kini masuk produksi terbesar di dunia saat ini mencapai ribuan ton per bulan.  Produksi gula aren di Kabupaten Lebak pada 2015 tercatat 8.722.500 kilogram (Kg) dengan nilai Rp 96 miliar yang terdiri lebih dari 5.815 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 11.507 orang.     Sementara itu, seorang perajin gula aren dari Sobang Kabupaten Lebak, Anwar mengaku, dirinya mengekspor gula aren ke Belanda sekitar 20 ton setiap bulan,  dia memasok ke negara lain karena sudah memiliki sertifikat pangan organik internasional, sehingga mendapat kepercayaan dari konsumen dunia.

Hingga kini pemerintah daerah terus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan  untuk  memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan sumber devisa negara diantaranya     usaha kerajinan gula aren baik jenis cetak dan halus.    Kebanyakan perajin gula aren tersebut  tersebar di Kecamatan Sobang, Panggarangan, Cigemblong, Bayah, Cihara, Cibeber, dan Muncang.

Permintaan gula aren untuk pasar domestik dan mancanegara hingga kini cenderung tinggi karena semakin bertambahnya menu makanan yang disenangi berbahan dasar Gula Aren termasuk di mancanegara, serta termasuk  kategori makanan organik tanpa menggunakan zat kimia.     Para konsumen gula aren banyak  menggunakannya  untuk pencampur makanan dan pemanis.    "  Kami yakin perajin gula aren di Lebak menjadi andalan ekonomi masyarakat, juga menyerap lapangan pekerjaan  " tambahnya.  Pengembangan Industri Gula Aren oleh pemerintah pertama kali di lakukan di Indonesia di Tomohon Sulawesi Utara, dengan peresmian pabrik gula Aren kristal Masarang oleh presiden Susilo Bambang Yudoyono Januari 2007 dengan pelepasan produksi pertama ke Belanda sebesar 12,5 ton. 

Produksi gula aren jenis semut kini sudah dipasarkan di sejumlah hotel berbintang di Provinsi Banten, DKI Jakarta  Bandung dan Bali,  selain itu gula cetak banyak dipasok ke beberapa negara di Eropa, seperti Belanda, Italia, China dan Inggris.    "  Kami berharap kedepan produksi gula aren Lebak bisa memasok ke semua negara di dunia  " tambahnya, melihat banyak negara yang telah  mengenal produk ini ditambah usaha promosi dan pengenalan lainnya.    Sementara itu, Anwar, seorang perajin gula aren warga Sobang Kabupaten Lebak mengatakan dirinya setiap bulan mengekspor gula aren ke Belanda sekitar 20 ton dengan menggunakan angkutan dua kontainer.

Masyarakat Belanda sangat menyukai gula aren Kabupaten Lebak sebagai bahan pemanis minuman maupun aneka jenis makanan. Bahkan, gula aren bisa dicampur pemanis makanan roti.   "  Kami menjamin gula aren ini alami dan menyehatkan karena tidak terdapat bahan kimia  " ujar Anwar.
byBambanGBiunG

Gula Merah di jilat si Riatnah,
Gerakan pembangunan untuk mengentaskan masyarakat kumuh.
 

Senin, 22 Agustus 2016

SEKILAS SANGIHE - TALAUD GUGUSAN PARADISO DIBIBIR LAUTAN PASIFIK

NusanTaRa.Com


Kota  Tahuna Ibukota Kab. Sangihe

         Sebagian masyarakat dunia menyebut P Hawai sebagai Paradiso di jantung Lautan Pasipik, maka Kepulauan Sangihe Talaud di bagian Barat daya dengan kemiripan wilayah dan budaya  daerah kepulauanpun sejak dulu kala telah dikenal sebagai “ Paradiso di Bibir Pasifik “.  Keindahan dan  kekayaan alamnya dengan berbagai rempah (Pala, Cengkeh, Lada, kayu putih) serta hasil lautnya membuat banyak pedagang menjadikannya pusat perniagaan.    Kemakmuran tersebut tak lepas dari berdirinya kerajaan yang  silih berganti dalam mewujutkan kehidupan sejahtera bagai  Paradiso,  hingga daerah ini pernah masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai Kerajaan Udamakatraya.

         Budaya masyarakat Sangihe  Talaud  yang  ramah  dan  periang  sejak  dahulu  kala  baik yang  hidup sebagai  nelayan   maupun petani  seperti keberanian  mengarungi  laut  dengan  biduk  kecil,   Tarian Bambu, serta musik  bamboo sehingga pada  setiap perayaan  pesta adat  yang disebut  “  TULEDE  “ disuguhi  dengan  tarian –  tarian,  music  bamboo ,   perlombaan  perahu   dan berbagai  acara ritual.  Daerah ini memiliki kekayaan  alam yang sangat  indah untuk jadi tujuan wisata  seperti Gunung Api di dasar laut,   Koral,  Gunung,  Air  terjun,  Danau  dan  kegiatan  bahari  lainnya yang  hanya   bisa diungkapkan dengan kata  Paradissoooooooo.  

         Kepulauan Paradiso ini berada di Timur Laut Pulau Sulawesi berbatasan Pulau Mindanao Filipina dengan luas 11.863,58  km2 terdiri dari Lautan  11.126,61 km2 dan daratan 736,97 km2 serta Jumlah Penduduk 323.119 jiwa.   Gugusan ini terdiri dari 105 pulau 79 pulau tidak memiliki penghuni dan 26 pulau berpenghuni serta terdiri dari tiga Kabupaten.    1.  Kabupaten Sangihe dengan ibukota  Tahuna, Luas 1.012,94 km2, Jumlah Penduduk  129.609 jiwa,    2.  Kabupaten Talaud dengan ibukota Melonguane, terbentuk berdasarkan  UU No. 8  tahun 2002 pada  10 April  2002 hasil pemekran dari Kabupaten Sangihe Talaud dan Jumlah Penduduk 102.067 jiwa  dan   3.  Kabupaten Sitaro  (Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro) ibukotanya Ondong Siau, terbentuk dari pemekaraan Kabupaten Sangihe berdasarkan  UU No.  15 Tahun 2007 pada 02 Januari 2007 dengan Luas 275,96 km2 dan Jumlah Penduduk 92.443 Jiwa. 

Pantai Karakeleng Kab. Talaud
        Menurut Legenda Sangir Talaud,  Dahulu kala di abad ke 12 di Kotabato P Mindanao Filipina berdiri sebuah kesultanan dengan Sultan Timudai/Tuwondai serta permaisurinya yang bijak yang berasal dari Kerajaan Ternate.  Masyarakatnya hidup  makmur dengan hasil pertanian dan perikanan yang melimpah,   kemudian kerajaan ini di karunia anak yang bernama Datuk Gumansalangi yang berperangai kurang baik, untuk menyadarkan sianak dari perangai buruknya ia di tinggalkan orang tuanya di Sangir, hingga ia menjadi Datuk yang bijak serta mendapatkan istri Ondonu Ansa (Mekila) namun menurut persi kisah lain bahwa keduanya merupakan manusia kayangan. 

         Datuk Gumansalangi (Medelu) dan istrinya Ondu Ansa (Mekila) menjadi manusia pertama yang mendiami Sangir di Gunung Sahendaruman serta mendirikan Kerajaan  abad XIII M  hingga XIV M.   Disusul berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan turunannya serta berbagai perkawinan yang melahirkan suku-suku di Sangier Talaud  seperti  Kerajaan Saluran di Manuwe tahun 1500 dibawah Kulane Bulega Langi, Kerajaan Limu di Sahabe tahun 1520 di bawah Kulane Pahawon Seke, Kerajaan Tabukan di Tabukan dibawah Raja Makaampow Bawengehe,  Kerajaan Manganitu di Paghulu tahun 1600 di bawah Raja Tolesan,   Kerajaan Tahuna di Kolongan tahun 1580 di bawah Raja Tatohe,  Kerajaan  Siau di Katutungan tahun 1510 dibawah Raja Leken Banua II, Kerajaan Tagulandang di Tulusan tahun 1570 di bawah Ratu Leheraung,  Kerajaan Kendar di Talawide tahun1600 di bawah Sultan Mehega Langi  putra Sultan Syarief (dari Davao) dan Kerajaan Talaud di Beo  bermula abad ke XV dan terakhir tahun 1922 (XX) di bawah Raja Johanis Tamawiwy, setelah Fasisme Jepang masuk Talaud tahun 1942 kerajaan sangir talaud bubar.   

        Bila ditelusuri dari asal-usul keturunan Sangir Talaud yang berawal dari Datu  Gumansalangi kemudian perkawinan turunanya dengan suku dari luar maka ditemukan suku Sangir Talaud berasal dari 1. Ras Apapuang dari  Negrito, 2. Ras Saranggani dari Mindanao Selatan,  3. Ras Meranoa dari Midanao tengah,  4. Ras Kep.  Sulu dan Ras Kedatuan Bowentehu dari Manado.      Peninggalan zaman dahulu berupa barang keramik dari cina di kuburan-kuburan tua atau di gua-gua sebagaimana di ungkapkan Prof. Bellawood dosen Universitas Chambera,  peneliti Ingris berkebangsaan Swiss tahun 1974,     seperti Gua Bukit Duanne Musi dan di Salurang Sangihe menemukan barang-barang keramik, kapak batu dan barang lain yang diperkirakan berusia hingga 6000 tahun. 


         Dahulu kala daerah ini termasuk penghasil rempah-rempah soporti Cengkeh, Pala, Lada, Kayu putih  dll, sehingga tak ayal banyak dikunjungi pedagang dari berbagai Negara seperti portugis, Inggeris, Bollanda, China, Gujarat, Persia dan India.   Daerah ini juga pernah mengalami kemakmuran dalam rentan waktu tertentu karena hasil produk rempah yang melimpah dan perdagangan barter yang lancar dengan masyarakat.   Hingga suatu waktu manakala para pedagang dari  Eropah Portugis ingin menguasai perdagangan Rempah dari Nusantara dengan  menerapkan system perdagangan Monopoli yang tentunya sangat membatasi petani rempah.  Lebih jauh lagi untuk memenuhi ambisinya Portugis ingin memusatkan perdagangan rempahnya ke Ternate dan memusnahkan tanaman rempah di daerah lain termasuk di Talaud (dibabat habis)  agar tidak tersaingi dari peniaga lainnya.

         Ekspedisi Spanyol Ferdinand Magelhaens tahun 1511-1521 yang menemukan kepulauan Filipina merambah wilayah kepulauan ini dengan kepala armada perahu layar Santos, yang kemudian terbunuh di Mindanao Philipines.  Ekspedisi ini dilanjutkan ke kepulauan Ternate dengan menjalin hubungan dengan Sultan Ternate Hairun, kehadiran ekspedisi ini tentunya sangat mengusik Portugis sehingga mengundang Sultan Hairun ke markasnya yang kemudian membunuhnya.  Sultan Baabulah sebagai anak melakukan perlawanan dengan dengan dukungan Spanyol, setelah berhasil kesultanan ternate memperluas kekuasaanya hingga ke tanah Papua, Sulawesi dan Mindanao.

         Kisah diatas menyimpulkan bagaimana hilangnya satu kejayaan dan alam Paradiso (surga dunia) sebagai penghasil rempah, karena keserakahan bangsa-bangsa penjajah/kolonial-kolonial untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara, sekaligus mata pencaharian warga pribumi saat itu.   Budaya yang telah kuat bagi masyarakat Sangihe-Talaud dengan alamnya telah membuatnya kembali bertahan dan hingga kini apa yang telah dibumi hanguskan kolonialisme tersebut masih bertahan di Paradiso bibir Pasifik, seperti Cengkeh, Lada dan buah Pala serta berbagai budaya kesenian mereka yang tumbuh dari alat musik Bamboo.   Jika anda ke Sangihe-Talaud entah dengan Pesawat Udara yang dihubungkan dengan dua bandara ke Manado atau kapal laut berjarak 200 - 400 mil jangan lupa beli oleh-oleh  " Manisan PALA ". 

         Pada masanya dulu Tokoh adat merupakan satu sentralistik bagi kehidupan masyarakat Talaud, tatanan ini tergambar daalam struktur adat di wilayah kepulauan ini, dimana tokoh-tokoh adat jadi panutan yang dijunjung tinggi dalam pengendalian kehidupan sehari-hari warganya,  baik dalam dalam kehidupan sebagai nelayan  maupun sebaagai petani.   Sehingga semua aktipitas kehidupan Pertanian, Nelayan dan lainnya harus mendapat perintah atau persetujuan dari Tokoh-tokoh adat tersebut seperti musim tanam (" iamba matitim "), pembuatan Sampan (" assan"") dalam prosesi ritual adat. 

         Sejarah pernah mencatat peranan Raja Talaud  " Julius Tamawiwi " atau bahasa Talaud, pernah menjadi satu keputusan dalam kasus Internasional,  manakala Filipina (dalam jajahan Amerika Serikat) berseteru dengan Hindia Belandaa (Penjajah Indonesia) terkait status Pulau " Miangas ".  Max Huber sebagai Arbritator dari Pengadilan Arbritase Internasional saat itu menetapkan bahwa  " Pulau Miangas termasuk satu bagian dari Kepulauan Talaud alias masuk Indonesia " dengan alasan bahwa " Masyarakat yang mendiami pulau Miangas menggunaka Bahasa Talaud dalam kehidupan sehari-harinya sebagai  pertanda daerah kekuaasan masa kerajaan Talaud "
byMcDonalDBiunG 

Kota Melonguane Kab. Talaud

Ada Pulau Hawai ada Kepulauan Sangihe Talaud,
Budaya dan Rempah wujutkan Paradiso di bumi Sangihe-Talaud.

KEUNIKAN PEMBUATAN CELANA UNIK TABIB SUKU MENTAWAI ATAU KABIT SIKEREI

NusaNTaRa.Com    byIrkaBPiranhA,          S   e   l   a   s   a,     1    6          A    p    r    i    l         2    0    2    4   An...