Minggu, 31 Agustus 2014

NOKEN SISTEM PEMILU YANG BERSIFAT KASUISTIK LAPANGAN




Noken merupakan tas tradisional masyarakat Papua terbuat dari serat kulit kayu yang dianyam,  digunakan untuk membawa barang dengan cara menjinjing menggunakan kepala.   Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian dan barang-barang dagangan ke pasar. Keunikan tas ini oleh UNESCO pada 04 Desember 2012 telah ditetapkan sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia khas masyarakat Papua.

Namun nama ini menjadi lebih popular ketika hasil Pilpres 2014 menimbulkan protes dari salah satu kubu yang kalah berbuntut tuntutan agar Putusan KPU akan hasil pilpres 2014 dibatalkan.  Rentetan dari tuntutan tersebut digelarlah Sidang MK ( 6-18 Agustus 2014) dan Sidang Etik MKPP yang mencuatkan Nowela sebagai saksi di Distrik Paniai akan Pemilihan yang hanya dilaksanakan oleh Kepala Suku secara adat, disebut Noken.   Pelaksanaan Noken di beberapa daerah pegunungan Papua menjadi protes dari kubu yang kalah dengan Alasan bahwa pemilu yang di amanatkan UU adalah “ Langsung, Umum, Bebas, Rahasia Adil dan Jujur “ sementara Noken selain melanggar prinsip Pemilu juga bertentangan dengan hak Azasi Manusia yang berhak menentukan pilihannya sendiri.

Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Abdul Hafiz Anshary, kamis (14/8/2014) mengatakan, "  Kita tidak tahu secara pasti sejak kapan sistem noken ini, tapi sudah berlangsung sejak pertama kali pemilu, Orde Baru, era Reformasi 1999, sampai sekarang  ",   dan beliau melanjutkan sistem noken di Papua tidak bertentangan dengan Undang-Undang Pemilu Legislatif dan UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden karena sudah mendapatkan legitimasi dari Mahkamah Konstitusi.   Sistem noken jadi salah satu materi gugatan dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK).   " Dalam masa transisi noken atau sistem ikat masih bisa dibenarkan, tapi harus dikondisikan penyelenggara secara tertib, disaksikan saksi atau kepala suku. Bahwa Pemilu di Papua dilakukan dengan baik dengan noken atau dengan berbagai variasi. Dengan demikian dalil pemohon tidak beralasan menurut hukum  ",  Ujar Hakim MK Wahiduddin Adams di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2014).

Dalam sidang sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi yang dimohonkan kubu Prabowo-Hatta, 14 Agustus 2014, seorang ahli, Hasyim Sangaji, menyampaikan bahwa sistem noken khas Papua sudah dipraktikkan sejak 1970-an. Sistem noken biasa dijalankan di beberapa daerah, meskipun tak semua warga Papua melaksanakannya.   Cara pemungutan suara dengan sistem noken sudah lama diakui Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana dituangkan dalam putusan MK No. 47-81/PHPU-A-VII/2009. Dalam pertimbangannya MK menyatakan: “Menimbang bahwa Mahkamah dapat memahami dan menghargai nilai budaya yang hidup di kalangan masyarakat Papua yang khas dalam menyelenggarakan pemilihan umum dengan cara atau sistem " kesepakatan warga " atau aklamasi. Mahkamah menerima cara pemilihan kolektif  (kesepakatan warga atau aklamasi) yang telah diterima masyarakat Kabupaten Yahukimo tersebut karena jika dipaksakan pemilihan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikhawatirkan akan timbul konflik di antara kelompok-kelompok masyarakat setempat”.  

Dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden disebutkan pemilihan menggunakan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sebagaimana juga dengan bunyi Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.  Dengan asas rahasia seharusnya tidak boleh ada orang lain yang tahu calon yang dipilih seseorang dan tidak ada lagi orang yang dipaksa dan diintervensi untuk memilih kandidat yang diingininya.  Dengan demikian, ada problematika sistem noken jika dilihat dari asas-asas pemilu. Tetapi secara yuridis, Mahkamah Konstitusi sudah menyatakan sistem noken diakui sehingga masih berjalan di sejumlah daerah di Papua  hingga saat ini.

Bila mencermati beberapa Pemilu ditanah air maka kita akan menemukan penggunaan sistem Noken atau perwakilan yang  pernah berlaku di wilayah selain Papua yaitu  pemilukada 2013 Prov. Bali,   berbuntut problem pemilu namun putusan MK saat itu membenarkan penggunaan system tersebut karena bersifat kasuistis dan pembenaran itu berasas pada pakta lapangan serta tidak dapat diberlakukan disemua daerah, sejalan ungkapan Ketua MK saat itu Hamdan Zoelpa “ Kita sepakat asas pemilu itu Luber Jurdil, dan putusan sistem perwakilan pemilih itu bersifat kasuistik berdasarkan fakta di lapangan, bukan melahirkan norma yang bersifat umum  ”.

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi  menyatakan model pemilihan perwakilan di Bali dalam Pemilukada Bali 2013 yang disahkan MK dapat berimplikasi pada pelaksanaan pemilu yang akan datang.   Hal ini terkait dibolehkanya seseorang/masyarakat mewakilkan suara politiknya kepada orang lain di TPS.    “  Setidaknya ada 20 wilayah provinsi yang kami anggap  masuk dalam kategori rentan dan itu akan kita pantau ”,  ungkap Ketua Komnas HAM, Siti Noor Laila usai beraudiensi dengan ketua MK Hamdan Zoelva di Gedung MK, Selasa (11/2/2014).

Kembali pada sistem Noken di Papua, Ada dua sistem noken yang biasa digunakan masyarakat di pegunungan Papua yaitu pola big men atau suara yang telah disepakati masyarakat adat bersama ketua adat diserahkan dan diwakilkan kepada ketua adat untuk memilih/menusuk pilihan yang telah disepakati kemudian memasukkannya kekantung suara (Tas Noken) sesuai peserta pemilu yang dipilih.  Pola noken gantung, masyarakat adat bersama kepala suku melakukan kesepakatan akan pilihan bersama yang akan dipilih, kemudian masyarakat memilih/mencoblos pilihan yang disepakati bersama kemudian memasukkan kertas pilihan keKantung pilihan yang ditetapkan dengan disaksikan masyarakat adat lainnya (masyarakat melihat hasil pilihan si pemilih tersebut/terkontrol).  



Melihat putusan pembenaran pelaksanaan Noken di beberapa daerah dengan alasan realita lapangan dan kasuistis bahwa kesadaran hukum dalam hal ini masyarakat adat dalam lokasi pemilu tersebut yang esensinya tidak memahami pemilu tersebut dengan baik dan pengertian mereka dalam hal ini lebih banyak bergantung pada pengertian ketua adat sejak dahulu termasuk dalam hal-hal lain / baru yang terkait secara kompleks akan ketergantungan pada adat yang mengikat seperti sistem hidup dan sosial serta kondisi pemukiman yang sangat berjauhan dari lokasi pemilu.   Beberapa pakar menganjurkan sosialisasi tentang Pemilu bagi masyarakat perlu terus digalakkan sehingga asas HAM yang menjadi salah satu sisi yang menentang sistem Noken  dapat ditegakkan yaitu asas Pemilu  "  Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Adil dan Jujur  "  sebagaimana pemilu di daerah lain Papua bahkan di Papua Barat yang sudah tidak lagi menerapkan sistem NOKEN.
by BakriSupian




 
Dimana Bumi dipijak disitu Langit diJunjung,
Noken Sistem pemilu Adat Papua sesuai Undang-Undang.

Rabu, 27 Agustus 2014

Indonesia dan Kapal Siluman Tercanggih Se-Asia Tenggara








TNI Angkatan Laut hari ini akan tampil lebih disegani di lautan dunia. Korps Baju Putih itu akan diperkuat kapal patroli cepat rudal trimaran bernama KRI Klewang.



Pembuatan kapal ini memang sengaja dirahasiakan karena menurut Andi Luqman, Contract Manager, PT Lundin Banyuwangi KRI Klewang adalah kapal siluman yang memiliki anti deteksi radar. Kapal perang yang memiliki panjang 63 meter ini merupakan kapal perang paling canggih dari semua jenis kapal perang yang dikembangkan di Asia Tenggara.

- See more at: http://www.banggaindonesia.com/v2/?p=1638#sthash.Qa9qkWmr.dpuf



Bentuk lambung yang radikal sengaja digunakan untuk memungkinkan kapal ini dapat menembus gelombang sehingga dapat meningkatkan stabilitas, Kapal ini dibangun dengan menggunakan material komposit serat karbon yang memanfaatkan vacuum infusion process dan resin vinylester sehingga lebih ramah biaya operasional dan pemeliharaan.



Trimaran yang menjadi model dari KRI Klewang sendiri berasal dari kepulauan Pasifik dan merupakan jenis kapal multihull atau berlambung lebih dari satu. Bagian kapal terdiri dari lambung utama yang disebut VAKA dan dua lambung kecil atau cadik yang menempel di kanan dan kiri lambung utama yang disebut AMAS.



Jadi memang desain kapal perang Trimaran diambil dari perahu bercadik yang banyak dijumpai di kepulauan Pasifik karena kapal perang konvensional selalu berlambung tunggal atau monohull dan sulit bermanuver di perairan dangkal dan mudah tenggelam.



Kelebihannya kapal multihull antara lain mampu berlayar di laut dangkal, mempunyai kecepatan lebih kencang daripada kapal sejenis yang memakai satu lambung. Lebih ringan, stabil dan tentunya susah untuk tenggelam.



Namun bukannya tanpa cela, model trimaran memerlukan dok yang lebih lebar dengan adanya cadik di kanan dan kiri lambung utama, kecuali cadik tersebut bisa dilipat. Saat bermanuver seperti berbelok, kapal jenis trimaran juga memerlukan ruang yang lebih luas daripada kapal perang konvensional dan juga lambung utama yang lebih kecil yang tentu saja menyusutkan penempatan kabin di dalamnya.



KRI Klewang akan menjadi Littoral Combat Ship (LCS) pertama milik Indonesia. Walau bukan yang pertama di dunia dalam pembuatan kapal perang bermodel desain trimaran, KRI Klewang merupakan satu-satunya kapal perang berbahan komposit serat karbon di Dunia. Pemilihan serat karbon memiliki kelebihan lebih sulit dideteksi



Selain itu, dengan menggunakan komposit serat karbon diharapkan kapal perang berpeluru kendali milik Indonesia mampu memiliki manuver di atas air yang mumpuni, stabil, lincah, ringan namun kuat karena kekuatan serat karbon diyakini memiliki kekuatan 20 kali lebih kuat dibanding baja.



PT. Lundin mendapatkan kontrak pembuatan satu unit kapal perang siluman dari TNI AL pada 2009. Kontrak ini merupakan tindaklanjut dari program riset dan pengembangan yang dilakukan PT. Lundin dan TNI AL pada 2007. Konstruksi kapal mulai dibangun pada 2010 dan dilakukan secara rahasia terkait rancangan dan metode konstruksi kapal.



Walau terjadi insiden kebakaran yang menghanguskan KRI Klewang pertama, pembangunan generasi berikutnya dari kapal ini direncanakan akan dimulai pada tahun ini.

- See more at: http://www.banggaindonesia.com/v2/?p=1638#sthash.Qa9qkWmr.dpuf





Ikan Layaran meluncur di permukaan laut,
Armada yang tangguh menjadikan keamanan negara Archilago Kuat.

Kamis, 14 Agustus 2014

DESTINASI PARIWISATA KRAYAN DI IRAU RAYEH LUNDAYEH 2014 LUNG BAWAN




  Dengan menyuarakan Ucapan “ DO MEPAPU “  Krayan Menuju Destinasi  Pariwisata Nasional  ,  demikianlah beberapa thema pada Spanduk  yang terpampang  di sudut-sudut kota Long Bawan yang turut memberi warna semarak Pagelaran IRAU RAYEH LUNDAYEH 2014, sebuah  perhelatan pesta budaya, adat dan kesenian warga Dayak Lundayeh yang umumnya bermukim di pedalaman Kalimantan Utara Seperti Krayan, Krayan Selatan, Malinau, Mentarang, Pujungan, Lumbis Ogong dan beberapa daerah di Malaysia seperti Bario, Miri, Lawas dan Pensiangan.

Semarak pesta Irau tersebut sangat terasa kala berada di Kota LungBawan  pada 5-9 Agustus 2014 sebagai Jeddah waktu pelaksanaannya,  yang dibuka oleh Plt Gubernur Kalimantan Utara Bapak Irianto Lambrie di Gedung BPU Lung Bawang, serta dihadiri beberapa pejabat seperti Bupati Nunukan Drs. Basri, Bupati Malinau DR. Drs Yansen Tipa Padan, Mantan Wakil Gubernur Kalimantan Timur H. Farid Wajdi,  Sekda Nunukan  Tommy Harun, MSi, Staf Menteri Perdagangan dan Ekonomi kreatip Jukarta, Beberapa Tokoh Adat dan staf daerah di Kaltara.   Pagelaran Pesta Irau tersebut selain dapat lebih  mengafresiasikan keberadaan Adat, Budaya dan Kesenian daerah  sebagai  salah satu keragaman Nasional,  juga dapat lebih meningkatkan peran daerah Krayan sebagai satu Destinasi Wisata Budaya dan Alam Nasional  dalam mendukung pembangunan .
 
Penyelenggaraan semua kegiatan berlangsung mulai pagi hingga malam di Gedung Balai Pertemuan Umum yang diisi dengan kegiatan seperti Tarian Tradisional dan Tarian kreasi  LunDayeh, Lagu Tradisional, Lagu Kreasi dan Lagu Rohani Lundayeh, Musik Tradisonal dan Kreasi Lundayeh,  Peragaan Busana daerah, Peragaan menyumpit,  Menenun, dan Mengukir, semua kegiatan dikemas dalam bentuk lomba dan Persembahan yang di ikuti dari berbagai Daerah Lundayeh dan organisasi  yang berada di wilayah tersebut.  

Di Lapangan Sepak bola Yuvai Semaring kami dapat menyaksikan perlombaan  Sepak bola, Bakiak, Fotografer dan olah raga tradisional Bola Keranjang putri  yang juga di ikuti dari berbagai daerah dan komunitas disekitar daerah tersebut.   Yang unik dapat kami saksikan bahwa selama pertandingan sepak bola yang digelar enam kali dalam sehari itu berlangsung hingga jam 12.00 kalau di daerah kita tentulah tidak mungkin karena akan cepat cape dan kepanasan namun di LungBawan yang berada jauh dari daerah pesisir hingga 1.000an km dan berada pada ketinggian 1.600 m dpl hal tersebut sangat memungkin bahkan beberapa pemain mengenakan kostum seperti di daerah Subtropik yaitu lengan panjang  ditengah hari karena saat itu suhu berkisar 23oC.

Sajian tarian khas LunDayeh yang digelar selama Irau ini cukup meriah, diikuti berbagai daerah dengan menampilkan gerak tari yang indah menggambarkan kepakan sayap, Loncatan saat berjalan ditanah dan lenggok tubuh saat meluncur bagi Burung Enggang atau Rangkong,  suatu Burung sakral bagi kehidupan umumnya masyarakat Dayak dan gerakan simbol kehidupan mereka sehari-hari seperti bertani, berburu dan lain2.  Keindahan tari tersebut juga dihiasa warna warni busana etnik seperti Hitam, Putih, Kuning dan Merah serta beberapa warna lain untuk tarian hasil kreasi, tak ketinggalan asesori khas lundayeh berupa manik-manik, mandau, Anjat, bulu burung enggang dan Taring Babi.     

Tak kalah menariknya di Irau,  kita melihat banyak muda-mudi peserta yang hilir mudik mengenakan baju tak berlengan dan Rok sebatas lutut yang berwarna kuning tanah sekilas tampak bukan dari kain, ternyata ia busana tradisonil yang terbuat dari kulit kayu.   Menurut beberapa warga baju tersebut telah ada sejak nenek mereka dahulu, diperbuat dari kulit kayu tertentu di rendam kemudian disamak dengan memukul hingga tipis dan nyaman untuk dibadan, baru di pola dan dijahit serta ditempel dengan manik.


Penampilan musik tradional dan kreasi khas  LunDayeh dapat diacungkan Jempol khusus buat seniman daerah dari berbagai  pemukiman,  yang dengan setia tetap mempertahankan kesenian tersebut dan menghasilkan kreasi-kreasi baru  yang menghasilkan satu simponi yang enak didengar dengan tidak meninggalkan jiwa musik waga LunDayah yang sakral.   Salah satu seniman warga LunDayah yang cukup tinggi kontribusinya dalam kesenian LunDayeh  di Lung Bawan Adalah Elias Yesaya, SE dan Dorma Kisu, setidaknya demikian pengakuan Marli salah satu warga Lung Bawan.   Persembahan musik didominasi alat seperti Gendang, Gong, Alat petik Sampe dan suling dalam berbagai  bentuk selain menghasilkan disain  yang Indah tentunya akan menghasilkan harmonisasi yang akan membuat para penikmatnya tertegun.  Bagi saya pribadi yang cukup menarik adalah penampilan salah satu kontestan musik kreasi yang mempersembahkan kumpulan beberapa Gendang dari Pohon kayu yang cukup besar diantaranya mencapai  setinggi 2 meter sehingga penabuhnya harus menggunakan kursi untuk dapat menabuhnya.

Lomba mengukir yang seluruh pesertanya  di ikuti kalangan mudah  merupakan satu gambaran yang membanggakan sebagai tanda tingginya minat generasi muda akan  budaya daerah,  dalam pagelaran mengukir  peserta membuat ukiran hiasan Dinding dan Tameng hiasan dengan alat ukir masing-masing dengan motip khas Dayak Pucuk Tanaman Pakis, Paruh Enggang dll.   Di tempat yang sama terlihat wanita LunDayeh  sibuk dengan Alat tenun  untuk membuat kain dengan motip khas menggunakan alat tenun yang  relatip mungil dan dirajut dari benang yang dibuat dari tumbuhan tertentu, untuk dapat menjadi tenun yang terbaik.

Banyak pagelaran yang tersaji selama event  lima hari sehingga saya tak mungkin dapat menyaksikan semua terlebih ada urusan tersendiri saat itu,  selain mengikuti acar tersebut yang akan diselenggarakan setiap tahun  sebagai satu Destinasi wisata Kabupaten Nunukan.   Pada kesempatan tersebut bersama Bapak Rukman SP. menyempatkan diri mengunjungi Kawasan Rumah adat LunDayeh yang dikelola FORMADAT  (Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi) BORNEO di Desa Trans Baru serta mengitari perkampungan  petani dengan persawahan yang menghiasi di kaki Bukit.   Sebagai mana kata orang dulu Dimana ada pertemuan pasti ada Perpisahan  begitu juga kegiatan Irau ini yang ditutup dengan Persembahan Seniman  LunDayeh Elias Yesaya, SE dengan tiupan seruling yang mengalunkan senandung khasnya.












By BakriSupian




Gadis LunDayeh menarih gemulai  bak Enggang,
Memperkaya budaya  untuk kesiapan masa akan datang.


Minggu, 10 Agustus 2014

PESONA GUNUNG BROMO DILEMBAH BERPASIR YANG LUAS




Mengabadikan Landscap Bromo Semeru yang sekonyong-konyong muncul diatas awan dari lokasi ini cukup keren, yaitu satu shelter semen di pertigaan jalan menuju Wonokitri Penanjakan, Pasar Tosari dan ke Gunung Bromo.  Karena tujuan kami pada 09- Juni-2014 ke Gunung Bromo  maka kami menempuh jalan lurus menurun yang melewati Gapura yang bertuliskan  “ SELAMAT DATANG DI KAWASAN WISATA BROMO “  Kabupaten Pasuruan Jawa Timur tentunya setelah kami berpoto dengan semua keindahan yang ada disitu.
Menggunakan Jeep HardTop Ungu melaju menuruni Bukit dengan mengitari sisi bukit yang terjal dengan kemiringan rata-rata  55 o dan tersusun dari batu yang masih mudah.   Jalan dengan tingkat kelokan yang banyak dan kadang tikungan yang tajam sering membuat perjalanan ini menjadi lebih seru,  meski di siring jalan berkelebat  terlihat dihiasi pohon Pinus yang menajam keatas  serta bunga-bunga daerah ketinggian seperti bunga menyerupai terompet berwarna kuning, Bunga menyerupai Bunga Matahari, bunga berwarna Ungu dan lain-lain membuat suasana terasa lebih indah. 

Jalan beraspal berakhir dikaki gunung,   kendaraan yang kami tumpangi seakan keluar dari rentetan undukan batu menuju jalan berpasir sebuah lembah yang sangat luas  5.250 ha  seolah-olah berada di lautan pasir  dengan beberapa titik terjauh masih terlihat kabut yang menutupi bumi menuju bentangan didepan yang memunculkan beberap  titik ketinggian diantaranya Bromo.   Melintasi Lembah berpasir bak gurun di timur tengah  dan sering berpapasan dengan mobil dari arah depan membuat debu pasir berterbangan kemudian hanyut terbawa angin,  lembah yang luas tersebut masih di temukan semak-semak kecil dibeberapa tempat terpisah-pisah mungkin daerah aliran air dan pemandangan gunung Batok disebelah kanan menjadi  salah satu pesona keindah lembah ini.

09juni2014di G Bromo dgn tiem Aceh                              
Setelah melintasi lembah pasir 3 km terlihat beberapa mobil Jeep Hardtop Parkir dan  kamipun parkir disini,  menurut  sopir Candra yang orang asli daerah tersebut bahwa mobil hanya sampai disini.   Dari sini terlihat  sekupulan Jeep HardTop yang juga membawa pengunjung disisi lain, Sekupulan Kuda yang menunggu pengunjung untuk menggunakannya menuju kaki G Bromo seharga Rp 150.000,  Para Guid yang bersedia mendampingi pengunjung, Pure Agung Poten tempat  peribadatan ummat Hindu Suku Tengger  yang sakral ditengah lembah yang sunyi serta kaki gunung Bromo yang ramai dengan pengunjung berjubel menuju kepuncak, eksotika tersebut tentunya sangat sayang untuk di lewati maka saya dan rekan yang datang dari Aceh Darussalam mengabadikannya dengan kamera.

Untuk sampai di kaki bukit Bromo dengan menggunakan pakaian dingin pegunungan seperti Baju jeket tebal, topi wol, Sal dan Sarung tangan  cukup menyulitkan dan melelahkan ditambah jarak yang ditempuh  sejauh 2 km, melintas di antara  Pure Agung Poten dan Gunung Batok serta ngarai kecil kering yang mungkin saat hujan baru dilewati air dan jalan sedikit berbukit pasir yang berkelok. tentunya disepanjang jalan ini banyak titik  menarik untuk diabadikan dengan Kamera bawan anda, disamping berpapasan dengan pengunjung dan pengendara kuda.   Pesanku sebaiknya anda mengabadikan momen dikaki bukit pada undukan pasir agak besar (bukit kecil) berlatarkan Lembah pasir yang luas tertutup Kabut dengan kamera anda, akan sangat berkesan, di lokasi ini juga saya sempat memotretkan pengunjung dari Sulawesi Selatan.
Di Kaki Gunung Bromo yang menjulang keangkasa dengan anggun setinggi 400 m, terpampang tangga beton berpagar kiri kanan dengan dua  lajur, kiri untuk pengunjung yang akan naik dan kanan untuk pengunjung yang turun sehingga terasa tertib meski masih berdesak desakan.  Dipertengahan tangga yang berjumlah 250 buah anak tangga saya melihat banyak juga pengunjung yang tidak menggunakan tangga melainkan jalan disisi tangga yang berpasir sehingga sering terperosok kembali ketika melangkah, seperti terlihat pada beberapa anak SMA dari Jakarta yang datang study tour (setahu saya ada 9 mobil Bus) meski mereka telah diperingatkan untuk mengikuti jalan tangga karena berbahaya.  



Dipertengahan tangga tiba-tiba ada perintah untuk turun dan terlihat beberapa pengunjung dipuncak melambaikan tangan mengisaratkan untuk turun, pengunjung di sebelah tangga yang turun bergegas mengatakan , “ Hari telah siang sekitar Jam 09.25 asap dari kawah Bromo tercium berbau asap Belerang yang berbahaya bagi kesehatan dan bertiup kearah pngunjung di atas “ Kata pengunjung dari Blitar.   Tapi karena sahabatku dari Aceh mengatakan terus saja rugi kalau tidak sampai dipuncak, akhirnya kami lanjutkan juga meski banyak juga yang kembali turun karena takut akan racun gas asap tersebut.

Setelah susah payah menaiki tangga yang miringnya mencapai  50o akhirnya sampai juga di atas.  Areal diatas berupa jalan sempit sekitar 2 meter yang mengitari Kawah serta pengunjung yang berdesak antri  turun  membuat sulit.  Tapi akhirnya kami berada di puncak Gunung Bromo juga,  yang lama saya impikan sambil berucap syukur dalam hati, ketakjupanku terlihat saat menatap kawah yang sangat luas serta dalam serta asap yang menyembul dari dasarnya yang mengudara kearah depan naik keatas semakin membesar, serta kawah tersebut hanya dikitari jalan kecil saja bagiku cukup ngeri untuk mengitarinya terlebih di titik tertentu ada tanjakan yang cukup tajam yang memerlukan pengalaman untuk melewatinya.
 

Puas mengamati Kawah tersebut kamipun mengabadikannya dengan berpoto termasuk dengan beberapa turis Bule dan Cina dengan latar kawah yang dalam, Lembah Pasir berkabut yang terlihat jauh dibawah, Serta alur setapak yang mengitari kawah dan suasana keramaian pengunjung di atas yang penuh dengan kegirangan  yang lepas, tawa dan canda dengan masing-masing rekannya.   Ada juga pengunjung yang meneruskan perjalanan melewati setapak sempit  dengan  rombongan kecilnya  dibeberapa titik yang cukup jauh.    Bagiku Petualangan tersebut cukup seru dan Danger baik saat menatap jauh kebawah,  kalau ada terpaan angin kuat bertiup diperjalana, kalau terpeleset, suhu yang semakin dingin saat itu sekitar 17o C  dan kalau asap tersebut bertiup kearah pendaki.
Kekhawatiran akan hembusan Asap yang akan bertiup kearah pengunjung yang lagi berpose disepanjang jalur tersebut utamanya yang berpagar sepanjang 200 m, sahabatku Adzmil dari Aceh mengajak untuk segera turun meski baru 20 menit diatas.  Demi menghindari bahaya tersebut kamipun memutuskan turun tapi karena gelombang yang naik banyak dan berdesakan maka sulit untuk turun,  sehingga ada abah-abah untuk berhati-hati dari beberapa orang yang mungkin petugas atau pengunjung lainnya. 


Kurang lebih 45 menit berkendaran JeepHardTop dari Lembah Bromo kamipun sampai kembali di terminal Pasar Tosari, untuk berganti dengan mobil rental yang kami gunakan datang untuk  melanjutkan perjalanan kami pulang ke Malang.   Di sepanjang jalan yang menyisiri tepian gunung tersebut terlihat pohon pinus disela-sela perkebunan hortikultura masyarakat petani Suku Tengger yang terkenal dengan keteguhan bertaninya dan kearipan lokal mereka dalam mengolah lahan pertanian lahan miring tersebut yang berbentuk petak-petak kecil teratur dilereng  gunung.   Di sekitar desa Nangkajajar kami berhenti menyaksikan petani  yang mengolah lahannya yang ditumbuhi Sawi, Tomat, Lombok dll tumbuh dengan subur, serta tak jauh dari terlihat  petani yang memuat hasil pertaniannya ke mobil PickUp berupa  Kentang, Wortel dalam karung yang katanya akan di bawa ke pasar Pasuruan dan Surabaya, kata petani tersebut ada juga hasil pertanian mereka yang di Pasarkan ke Jakarta dengan pembeli khusus yang datang.   Selanjutnyaa kami menuju Malang.     By by Bromo,  see you again.
By BakriSupian.


Warga Tengger mengolah alam di lereng  Bukit, 
Kesuburan alam anugerah bagi manusia dan keindahan isi jagat.

KEUNIKAN PEMBUATAN CELANA UNIK TABIB SUKU MENTAWAI ATAU KABIT SIKEREI

NusaNTaRa.Com    byIrkaBPiranhA,          S   e   l   a   s   a,     1    6          A    p    r    i    l         2    0    2    4   An...